Apa hal yang ga kita sukai dari pendidikan di Indonesia?
Apa hal-hal yang kita ga sukai
Dari pendidikan di Indonesia
Jangan berani kalau ramai
Coba sebut jangan berandai
Halo Mas Bro dan Mbak Bro?
Apa hal yang ga kita sukai dari pendidikan di Indonesia?
2 Mei 2016, Hari Pendidikan Nasional. Apa bedanya dengan hari pendidikan tahun sebelumnya?
Jawabnya gaada.
Ga ada perubahan yang terjadi secara siginifikan. Perubahan yang ada hanya bertambah tuanya Hari Pendidikan Nasional dan si Mbah Pendidikan Kita Ki Hadjar Dewantara yang semakin bertambah.
Oh ya ada kampanye baca buku 15 menit setiap hari. Itu bedanya dari tahun lalu. Dan …
Gaada lagi.
Pernyataan diatas Mas Bro dan Mbak Bro bukan pernyataan pesimis. Tapisebuah ungkapan sadar atas apa yang udah dan harus kita lakukan.
Berkaca ke negeri penjajah yang berjuang dari bom atom selama puluhan tahun. Sampai akhirnya sekarang mereka menjadi salah satu raksasa dunia. Mereka melakukan melalui pendidikan. Pendidikan menjadi gerakan semesta yang merubah otomotif, teknologi, dan manga menjadi alat “negara mereka” berkembang seperti sekarang.
Untuk kita, Indonesia. Konsep pendidikan sebagai gerakan semesta belum bisa 100% terjadi. Karena kita masih terikat sama dosa pendidikan masa lalu. Kita perlu hentikan regerasi kesalahan sistem pendidikan. Lakukan perbaikan atas kesalahan masa lalu.
Ada 9 kesalahan sistem pendidikan di Indonesia yang wajib kita alami, dulu.Dibilangwajib karena memang gaada perubahan signifikan dari dulu sampai sekarang.
Lalu apa apa aja kesalahan itu?
Itulah prinsip salah yang masih kita terapkan sampai sekarang. Nilai-nilai pemaksaan yang dibiaskan menjadi sebuah kewajiban. Wajib belajar 9 tahun. Disadari atau gamaksudnya adanya selama 9 tahun ga kita dipaksa untuk belajar. Dengan embel-embel uang sekolah gratis dan buku gratis.
Dari data dibawah menunjukkan kalau gasekolah itu lebih wajib daripada gasekolah.
Sebagian dari mereka akhirnya memilih untuk mencari uang atas keinginan sendiri dan desakan ekonomi. Tapi kita ga akan fokus pada mereka. Kita tetap pasang mata sama anak sekolahan.
Meski sekolah dibilang wajib, anak-anak sekolah punya banyak alasan untuk bolos sekolah. Coba bedakan teriakan anak SD saat masuk sekolah, jam istirahat, dan pulang sekolah?
Lebih menyenangkan mana?
Fakta diatas semakin merosot lagi setelah kita masuk sekolah. Begitu udahmasuk sekolah kesalahan selanjutnya udahmenanti diruangan kelas.
Kita akan berjuang mati-matian belajar “hanya” kalau gurunya “pembunuh”dan “raja pelit” kasih nilai. Tapikalau “ga”,kita akan santai aja bro.Hidup kayak dipantai, santai.
Pelajaran olahraga yang cuma sekali 1 minggu dan jam istirahat yang cuma 15 menit. Justru adalah waktu yang paling berkesan selama sekolah. Karena saat jam itulah kita bisa bebas bermain. Kita bisa menikmati setiap detik dan menitnya.
Sayangnya rasa menyenangkan itu gabisa didapatkan saat belajar. Tekanan agar dapat nilai bagus dan gatinggal kelas yang mendorong kita untuk belajar. Yah, selain rasa malu biar gajadi anak yang “dianggap” terbodoh dikelas.
Pernah salah dan dihukum didepan banyak orang?
Pernah dibuat malu sama guru didepan banyak orang?
Apakah itu membuat kita belajar atau malah benci sama gurunya?
Simpan aja jawaban masing-masing.
Kalau aja ada satu jawaban “ya” atas pertanyaan diatas. Maka kita adalah temen. Kita korban regenerasi pendidikan yang salah.
Konsep salah disalahkan dan dipermalukan itu bersyukurnya mulai berkurang diperkotaan. Karena dengan mudahnya pada siswa akan diliput sama media.
Kalau didesa mah, masih banyak yang menjadi korban “salah mendidik”.
Kenapa orang lebih suka main daripada belajar?
Yap, balik lagi ke poin yang pertama dan kedua diatas. Karena belajar itu kewajiban yang gamenyenangkan.
Daritadi kita memojokkan sistem pendidikan terus ya?
Baiklah, anggaplah sistem pendidikannya udah benar. Kita mau ditekan belajar sampai lulus SMA. Liat saat kuliah berapa banyak akhirnya yang menjadi burung liar dan kuda liar. Harus jatuh dan mengalami kuliah yang berantakan.
Kewajiban belajar ga membuat mereka sadar. Justru kesadaran kalau pendidian itu penting yang membuat kita sadar. Sampai akhirnya mengejar ketertinggalan kuliah.
Lalu paksaan belajar ga berhenti sampai disitu. Berapa banyak kita yang akhirnya bekerja gasesuai sama “gelar sarjana”?
Kita akhirnya memilih bekerja sesuai dengan hal yang kita senangi. Bukan jurusan yang dipaksakan. Hal ini berkaitan erat dengan kesalahan selanjutnya.
Siapa yang sempat merasakan itu?
Gadipungkiri memang, kemampuan berpikir anak IPA lebih daripada anak IPS. Lalu kenapa anak IPA bisa pintar dan anak IPS bisa bodoh?
Bukannya tujuan sekolah membuat anak bodoh menjadi pintar?
Kita bisa pecah karena perbedaan soal agama dan kepercayaan. Disadari gakalau sebenarnya guru dan segenap jajaran sekolah membentuk perbedaan antara IPA dan IPS?
Bukankah itu udah bertentangan dengan tiga prinsip pendidikan ala Mbah Ki Hadjar Dewantara?
Itulah hal yang lumrah dan legal terjadi disekolahan. Lalu kalau anak lebih banyak salah maka akan dihukum terus?
Kapan dia akan mendapatkan perhatian sama dengan yang lainnya?
Kenapa sistem hukuman gadihilangkan aja dan diganti dengan “prestasi dapat hadiah”.
Konsep lain dari pintar dan bodoh disekolah adalah perbandingan jago matematika dan jago main bola. Guru dan orang tua sering bilang “Mau makan apa kamu main bola?”.
Lebih kaya mana pemain bola sekarang dan ilmuwannya?
Kenapa soal kaya, ya karena tadi pertanyaannya mau makan apa.
Guru hanya fokus pada kemampuan anak yang jago matematika dan didukung oleh banyak orang untuk ikut olimpiade. Lalu anak yang jago main bola hanya didukung sama temen-temencowoknya.
Betul?
Pernah telat dan kena hukuman?
Disuruh hormat bendera atau disuruh berdiri satu kaki didepan kelas sambil pegang kuping. Lalu ketika kita udahberada dalam kelas dan gurunya terlambat masuk. Kita biasa ajaseolah gaterjadi apa-apa.
Guru hanya bilang, “Maaf Ibu telat, kita lanjutkan pelajaran ya”. Enak banget ya jadi guru?
Emang mereka gapernah jadi murid ya?
Gapernah merasakan korban amarah guru?
Atau mungkin mereka korban sistem pendidikan salah. Mereka adalah “sianak yang pintar” yang dulu dikasih perhatian.
Fakta terakhir ini gabisa dielak. Seolah udahmenjadi aturan alami disekolahan.
Anak pintar dan rajin akan mendapatkan perhatian khusus dengan pujian dan nilai bagus. Anak bodoh dan malas hanya akan mendapat teguran dan rasa malu. Sayangnya gasemua guru akan memberikan perhatian khusus untuk mereka?
Bukankah tugas guru adalah mendidik?
“Kalau menjadikan anak pintar menjadi semakin pintar. Apa hebatnya guru?”
“Perubahan dimulai dari pendidik bukan terdidik”
@kekitaan
Nilai-nilai dan karakter dari Pancasila sebagai tujuan utama dari pendidikan nasional gaakan mempan sama siswa. Gaakan masuk. Nilai-nilai sebaik apapun akan tetap sia-sia.
Siswa sebagai terdidik adalah mesinnya. Sedangkan guru sebagai pendidik adalah supirnya. Arah kemana pendidikan Indonesia tergantung arah kemudi.
Semoga berguna.
Senang bisa berbagi dengan kalian
Perubahan dimulai dari pendidik
Bukan malah yang sebaliknya
Perbaikan belum sampai titik
Masih banyak waktu lakukannya
Suka tulisannya?
Jangan lupa berbagi sama temen di sosial media ya
Ada yang mau didiskusiin?
Kasih komentar dibawah aja Mas Bro / Mbak Bro
Tembalang, Semarang
05:05 WIB Sabtu, 28 Mei 2016
2016/05/28/7-168
Tulisan Kita
Sumber Gambar
bdismkn1turen.wordpress.com diakses pukul 09:11 WIB hari Sabtu, 28 Mei 2016
cookiesmantap.wordpress.com diakses pukul 09:11 WIB hari Sabtu, 28 Mei 2016
family.fimela.com diakses pukul 09:11 WIB hari Sabtu, 28 Mei 2016
hello-pet.com diakses pukul 09:11 WIB hari Sabtu, 28 Mei 2016
infounikmenarikterbaru.blogspot.com diakses pukul 09:11 WIB hari Sabtu, 28 Mei 2016
kfk.kompas.com diakses pukul 09:11 WIB hari Sabtu, 28 Mei 2016
palembang.tribunnews.com diakses pukul 09:11 WIB hari Sabtu, 28 Mei 2016
www.kaskus.co.id diakses pukul 09:11 WIB hari Sabtu, 28 Mei 2016
www.gogirlmagz.com diakses pukul 09:11 WIB hari Sabtu, 28 Mei 2016
www.kaskus.co.id diakses pukul 09:11 WIB hari Sabtu, 28 Mei 2016
www.pulsk.com diakses pukul 09:11 WIB hari Sabtu, 28 Mei 2016
www.rangkumanmakalah.com diakses pukul 09:11 WIB hari Sabtu, 28 Mei 2016
Tentang Kita
Website :kekitaan.com
Twitter :kekitaan_
Line : @jat6583f
Facebook :Kekitaan Kita
Youtube :Kita/
Instagram : kekitaan_
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H