“Tidurlah,” kata perempuan itu sambil membelai rambut anaknya.
“Aku belum mengantuk, Mama. Nyanyikan lagi saja lagu itu.”
“Kaupun akan ikut menyanyikannya?”
“Ya.”
Lalu berdua mereka menyanyikan lagu itu bersama-sama. Keheningan malam terasa sangat syahdu beresonansi dengan nyanyian mereka membuat bibirku tanpa terasa turut bergerak menyanyikan bait lagu itu.
“Mama,” kudengar anak itu berbisik.
“Ya, Sayang?”
“Apa kelak kita akan bersatu lagi dengan papa dan kakak?”
Sang ibu bermenung. Sepertinya pertanyaan yang demikian tidak pernah diingininya keluar dari mulut anaknya.
“Mama tidak tahu, Sayang.”
“Tapi bukankah kemungkinan itu ada?”