"Ada baiknya kau diam saja." Katanya pelan, menutup jurnalnya. Ia memandang lama gelang tali di pergelangan tangan kanannya, gelang pemberian Akari sebelum ia kembali ke Jepang. Viktor bersumpah untuk tidak pernah melepasnya.
Percakapan mereka tentang masa lalu yang indah sebelum perang besar ini berlanjut, lalu datanglah dua kawan lainnya, Alexei sang peniup selompret dan Mikhail sang pemain terompet. Keduanya duduk dekat Igor, menghadapi tempat tidur Viktor.Â
Alexei menaruh empat gelas air panas untuk menghangatkan diri, karena dinginnya musim itu pun menembus masuk ke dalam ruangan.Â
Siapa yang tahu betapa buruknya musim dingin di Manchuria? Mereka semua menghabiskan waktu santai yang sangat sedikit- hampir tidak ada malah, sekeras mungkin mencoba mengabaikan ketegangan di udara dan fakta kalau mereka bisa saja diharuskan keluar dan bertempur tiba-tiba.
+++
Kembali ke masa kini, kedua gadis itu tidak bisa berkata-kata setelah membaca bagian pertama dari jurnal tersebut. Mereka tidak menyangka akan menemukan sebuah barang berharga dari masa pertempuran terbesar sebelum Perang Dunia I, langsung dari salah satu prajuritnya, pula.Â
"Perang Rusia-Jepang, ya... Ah, aku pernah baca-baca tentang itu," ucap Ichika sambil berpikir, "dilihat dari tahunnya dan tempatnya, kayaknya ini pas pertempuran Mukden, deh."
"Oh, iya, yang memakan korban sangat banyak. Tapi, menurutmu, si Viktor ini siapa?"
"Lah, kok nanya aku."
"Hmm, lanjut baca aja. Aku mau setel lagu." Kata Ekaterina sambil berdiri, mengambil vinyl waltz tadi dan dengan pelan menaruhnya di fonograf tuanya yang berdebu.
Ichika pun berniat melanjutkan membaca jurnal tersebut, namun ia baru ingat bahwa ia tidak bisa berbahasa Rusia. Jadinya Ichika duduk diam saja menunggu Ekaterina kembali dan menerjemahkan seluruh isi jurnal tersebut, karena alat penerjemah di internet tidak bisa mendeteksi tulisan tangan yang agak memudar.