Mikhail tidak terhitung dalam kurang dari sepuluh orang itu.
Rasa pahit kehilangan
Meremas dada dengan pedih,
Bayangan para pahlawan yang jatuh dan berputar
Waltz-nya menebar kesedihan.
Resimen Rusia berhasil mendobrak kepungan Jepang, dengan jauh sedikit orang yang tersisa. Perut Igor tertembak, namun ia masih berusaha untuk berjuang. Sedangkan lengan kanan Viktor sudah babak belur, tulangnya retak, darah tidak berhenti bercucur dari luka-lukanya.Â
Viktor melihat ke sekelilingnya. Perbukitan indah Manchuria yang semula putih salju telah dihias oleh darah dan ratusan mayat-mayat yang tergeletak di sana-sini.Â
Viktor syok sekali, ia tidak menyangka pertempuran kali ini akan memakan nyawa sebanyak itu; karena pertempuran-pertempuran sebelumnya tidak separah ini. Hatinya seakan ditusuk oleh pisau yang besar dan tajam.Â
Kamerad-kamerad seperjuangannya yang selama ini menghabiskan waktu dengannya, kamerad-kamerad tersayangnya, banyak yang telah hilang nyawanya diambil maut.Â
Viktor menggelengkan kepalanya, dan ia kembali ke dunia nyata. Ia harus menerima fakta bahwa ia harus meninggalkan kawan-kawannya di belakang dan terus bertempur untuk kemenangan Rusia. Ia berusaha sekuat mungkin untuk menahan air mata dan tidak terjauh dan menangis. Ia mengucapkan doa yang cepat, dan dengan pelan mengucapkan selamat tinggal kepada prajurit resimen yang terjatuh, terlebih ke sahabat-sahabat pemain musiknya, Alexei dan Mikhail. Ia diseret Igor yang berlari untuk melanjutkan pertempuran.
Tertidurlah, kalian para pejuang
Kemenangan abadi adalah milikmu-
Sebuah kuil dengan kemuliaan yang abadi
Telah terangkat ke surga.
Pertempuran berlanjut hingga esok hari. Pagi itu, matahari bersinar terang. Burung-burung pun berterbangan dan berkicau.Â