Mohon tunggu...
Tiara Karina Pandiangan
Tiara Karina Pandiangan Mohon Tunggu... Lainnya - Murid SMAN 28 Jakarta

in Saus und Braus leben

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Cerpen: Jurnal, Waltz, dan Perbukitan Manchuria

26 November 2020   11:24 Diperbarui: 26 November 2020   12:13 504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak sekali prajurit Jepang yang terbunuh, namun tidak kalah banyak pula prajurit Rusia yang juga terbunuh. Deretan parit Jepang sudah terlihat; makin membesar dan membesar. Kaki mereka bergerak dengan cepat, seakan-akan tidak mengenal lelah. Viktor sudah benar-benar tidak mengganggap pertempuran ini enteng. 

Pertarungan tangan kosong
Pecah di lautan api.

Musuh tidak akan melupakan hari pertarungan berdarah itu,
Mengutuk bayonet Rusia kami.

Pasukan Rusia sudah sampai di deretan parit Jepang. Banyak yang menjatuhkan senjatanya dan bertarung dengan tangan yang benar-benar kosong, ada juga pun yang melawan senapan dengan katana, senapan dengan senapan, atau lebih kacaunya lagi, senapan atau katana versus tangan kosong. 

Viktor bertarung senapan dengan senapan bagaikan bermain pedang dengan bajak laut, sedangkan Igor malah mengambil katana prajurit Jepang yang terbunuh dan menebas-nebas prajurit-prajurit Jepang dengan keras dan tanpa ampun. Suara tulang patah kerap terdengar disertai dengan suara tembakan, dan suara orkestra dari band resimen bersisa satu yang sangat kecil. 

Waltz Vienna takkan dimainkan,
Oleh band resimen di taman,
Pemain terompet dan pemain tanduk Perancis muda
Beristirahat di atas perbukitan.

Sudah beberapa waktu berlalu, resimen Rusia terkepung oleh resimen Jepang, dan Jepang tak henti-hentinya menyerang prajurit-prajurit Rusia itu. Komandan resimen memerintahkan orkestra resimen untuk tetap memainkan musik, dan menambahkan anggota orkestra yang tersisa ke band resimen yang tadinya tersisa satu itu.

"Orkestra, mainkan pawai!"

Orkestra resimen pun berbuat demikian. Alunan musik yang dimainkan pun membangkitkan semangat para prajurit Rusia untuk terbebas dari kepungan Jepang. 

Musik pawai pertempuran ditemani oleh suara rusuh tembakan, teriakan, dan ledakan; prajurit Rusia menyerang resimen Jepang habis-habisan, didorong oleh semangat membara dari musik. 

Namun beberapa waktu kemudian, musik orkestra menjadi makin sunyi, hampir kalah dengan suara dalam pertempuran. Dari banyaknya pemusik orkestra tersebut, hanya tersisa sedikit yang selamat, kurang dari sepuluh orang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun