Mohon tunggu...
Nur Azis
Nur Azis Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar sepanjang waktu

Bercerita dalam ruang imajinasi tanpa batas

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sebuah Peninggalan

26 Desember 2018   20:04 Diperbarui: 26 Desember 2018   20:23 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Usahanya maju pesat. Budi sekarang, sudah dikenal dimana-mana. Semua orang membutuhkan jasanya. Dia bisa menembel ban dengan sangat cepat serta hasilnya juga bagus. Banyak pelanggan yang puas. Bahkan dia berhasil memperlebar sayap bisnisnya, dengan membuka berbagai cabang tambal ban di luar daerah. Budi, sekarang sibuk menghitung uangnya yang terus menumpuk.

Di alam kubur, Marina terus bersedih. Budi, sebagai anaknya, yang mampu menjadi penawar atas dosa-dosanya, tak kunjung datang. Sementara kuburnya, makin menyempit, menghimpit tubuhnya. "Budi, tengoklah Ibumu ini ... meski sebentar ... dengan menyebut lafal Tuhanmu"

Selesai ....

Jepara, 26 Desember 2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun