Mohon tunggu...
Nur Azis
Nur Azis Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar sepanjang waktu

Bercerita dalam ruang imajinasi tanpa batas

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sebuah Peninggalan

26 Desember 2018   20:04 Diperbarui: 26 Desember 2018   20:23 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Itu Bu ...." Budi menunjuk ke arah sosok yang serba putih itu.

"Ibu lihat Bud ... apa itu Bud ... ?"

"Hantu mungkin Bu ... Lari Bu ..." Teriak Budi.

"Iya Bud .... Lari ...."

Sosok  serba putih kemudian memanggil mereka berdua. "Berhenti .... berhenti ...."

"Lho ... Kok Pak Ustadz Hilman."

Ustadz Hilman mengatur nafasnya. "Wah kenapa kalian malah lari."

"Saya kira Hantu pak Ustadz." Jawab Budi seenaknya.

"Ngawur kalian ... Apa yang kalian lakukan di sini. Tidak ikut jamaah shalat maghrib, kok malah di kuburan."

Marina segera menjelaskan duduk permasalahannya kepada Ustadz Hilman. Kebetulan, saat itu, mulutnya tidak keseleo. Jadi Ustadz Hilman dapat menerima penjelasannya dengan baik.

 Ustadz Hilman kemudian mengajak Marina dan Budi untuk duduk sejenak di samping pusaran bapaknya. Beliau memimpin doa, Marina dan Budi ikut mengamini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun