Mohon tunggu...
Nur Azis
Nur Azis Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar sepanjang waktu

Bercerita dalam ruang imajinasi tanpa batas

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sebuah Peninggalan

26 Desember 2018   20:04 Diperbarui: 26 Desember 2018   20:23 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Masak mau makan? Memangnya kamu berdoa untuk cacing-cacing yang akan menyantap jasad bapakmu? Ganti yang lainnya."

"Doa mau masuk WC bu?"

"Ehm ... ya boleh boleh ....."

Budi sudah bersiap-siap .....

"Eh Nanti Bud, perasaan Ibu juga tidak enak. Ya memang bapakmu itu, semasa hidupnya, baunya seperti WC yang sudah penuh. Masak mendoakan pakai doa itu juga?"

Hingga langit gelap, kelelawar mulai keluar dari sarangnya, terbang dan menari indah di angkasa. Suara panggilan Shalat, sahut-menyahut, dari utara, barat dan selatan. Suasa pekuburan itu menjadi sepi.

"Bu, Aku takut. Ayo kita pulang saja Bu. Budi nanti juga masih harus mengerjakan PR matematika." Budi merengek kepada Ibunya.

"Tapi, kita kan belum berdoa untuk bapakmu Bud."

Tiba-tiba, dari arah pojok pekuburan, di balik pohon besar yang sudah berusia ratusan tahun, muncul penampakan serba putih.

"Bu ... Lihat bu, di balik pohon itu Bu."

"Ada apa Bud?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun