"Kaka, kalo huruf N & G di blakang ini katong baca 'Nnggggg' to?" (Kak, kalau huruf N & G di belakang nih kita bacanya 'Nnggggg' kan?"
Tanya Vito seraya menunjuk kata "Kacang".
"Iyo, jadi kalo lia huruf 'N & G' di blakang kata tuh bacanya 'Nggggg'!! Ingatang, gabung akang Jang pisah ee
Akang pung contoh nih 'K A C A N G', baca akang 'KACANG', bukang 'KACAN'! Jadinya huruf 'G' akang ilang."
(Iya, jadi kalau lihat huruf 'N & G' di belakang kata, maka bacanya itu 'Nnggggg'!! Ingat, hurufnya digabung jangan dipisah yah.
Contohnya 'K A C A N G'Â
bacanya 'KACANG', bukan 'KACAN'! Huruf G-nya jadi hilang.)
"Vito su mangarti?" (Vito sudah paham?)
"Mangarti Kaka!!" (Paham Kaka!!) Jawab Vito bersemangat.
Hari terus berlalu, tak terasa sudah seminggu aku mengajari mereka membaca. Yang awalnya hanya bertiga, bertambah menjadi enam anak.
Setiap harinya mereka tekun belajar membaca, perlahan aku sadar langkah kecilku ini bisa merubah anak-anak di kampung ini. Aku pun semakin semangat untuk mengajari mereka hingga fasih membaca.