Sekitar pukul satu siang, Ari kembali menemuiku di rumah. kali ini dia tak datang sendirian, dia bersama dua anak lelaki yang nampak masih malu-malu.Â
"Kaka, dong dua ini mau belajar baca lai!" (Kak, mereka berdua mau belajar membaca juga!) Ujar Ari menjelaskan.
"Yah sudah kalo bagitu kam tiga bantu Kaka bawah buku-buku ke pante ee, Kaka mau biking pondok par katong belajar di sana"
(Yah sudah kalau begitu kalian bertiga bantu kakak bawah buku-buku ke pantai yah, kakak pengen bikin pondok untuk kita belajar di sana)Â
Aku pun mengumpulkan semua buku pada dua kantong plastik dan memberikannya pada mereka, sementara aku menyiapkan peralatan yang di perlukan untuk membuat pondok.
"Kamong tiga bawah buku-buku kamuka ke pohon cemara tua di pante, Kaka nanti Iko dar blakang" (Kalian bertiga duluan bawah buku-buku ke pohon cemara tua di pantai, nanti kakak susul dari belakang)Â
Dengan patuh ketiganya membawa buku-buku tersebut ke pantai, sedangkan aku masih sibuk mengumpulkan berbagai peralatan sebelum akhirnya menyusul mereka ke pantai.Â
Sesampai di sana, kami berempat bahu membahu membuat pondok kayu sederhana.
Di luar dugaan, pondok itu baru rampung sekitar pukul lima sore padahal tadinya aku menargetkan menyelesaikannya sekitar pukul tiga. Setelah selesai menata buku-buku di dalam pondok, kami pun beristirahat sejenak di bawah rimbunnya pohon cemara. Angin sore bertiup pelan, ranting-ranting cemara bergerak melambai-lambai seakan ikut gembira melihat pondok kecil itu. Ku lihat sekilas mereka bertiga nampak kelelahan, aku menatap pondok sederhana itu dengan puas.
"Jadi, pondok ini Katong kasih nama akang
PERPUSTAKAAN CEMARA! Karena akang di bawah pohon cemara"
