Maluku, Aku berjalan cepat menyusuri jembatan kayu yang sudah nampak reot sambil menentang dua tas berisi beberapa buku dan ole-ole. Di ujung jembatan nenek sudah menungguku sembari melambai-lambaikan tangannya, aku tersenyum lebar dan melambaikan tanganku.
Matahari bersinar terik diAku akan menghabiskan libur kuliahku di kampung nenek, di Kepulauan Kei, Maluku.
Sudah lima tahun sejak aku terakhir kali datang ke tempat ini, saat itu aku masih duduk di bangku SMA.
"O laai keratat li i tee" (kau sudah tumbuh besar dan tinggi sekali yah) Sambut nenek sembari memelukku gembira.
Nenek tidak datang sendirian, beliau menjemputku di dermaga bersama sepupuku. Namanya Ari, usianya sekitar 6-7 tahunan.
Setelah puas melepas rindu padaku, nenek pun mengantarku ke rumah. Sesampainya di rumah, aku memberikan ole-ole pada nenek dan sebuah buku cerita rakyat kepada Ari sebagai hadiah karena ikut menjemputku.
Ia mengucapkan terima kasih dan menerima buku itu malu-malu. Ia menatap buku itu lama, tak ada ekspresi apapun yang tergambar dari raut wajahnya.
"Beta belom tau baca Kaka" (Aku belum bisa membaca Kak) Ari berkata lirih sambil menunduk.
Aku mematung sejenak, Ari masih menunduk malu di depanku.Â
"Kalo bagitu nanti Kaka ajar Se baca, sabantar malam datang lai ke sini ee" (Kalau begitu nanti kakak ajarin kamu baca, nanti malam datang lagi ke sini yah) Ia tersenyum mengangguk dan berlalu pergi.
Sekitar pukul tujuh malam, Aku yang sedang makan malam terkejut tatkala mendengar suara ketukan pintu. Sontak aku pun meninggalkan makan malamku dan membukakan pintu, nampak Ari berdiri sambil menentang sekantong rambutan dan menyodorkannya padaku.