"Makin perhatian sama adikku. Jangan semua keinginannya dituruti yaa?" timpal Widy. Lalu dia berpaling ke Kang Usman. "Satu keranjang kecil, hatur nuhun Kang!"
"Syok atuh, salam buat paman Kang Syafri, Pak Salim."
Setelah itu Syafri mengangkut hampir setengah ton sayur. Widy dan Dinni bersedia ikut memegang, karena bagian belakang penuh.
Mereka pun pulang ke Bandung. Â Setelah mengantar sayur-sayuran barulah ketiganya pulang ke rumah orangtua Widy. Tentu saja bapak dan ibu Widy terperanjat melihat Dinni. Â Namun perempuan itu dengan tangkas bercerita. Â Mereka memang kenal Dinni ketika masih kecil, waktu masih tinggal di Cianjur.Â
Kinan malah mengajak Dinni ke kamarnya untuk beristirahat. Â Dia bisa meminjam baju Widy yang sudah tidak muat.
"Yuuk, kita jalan ketemuan geng kita," ajak Widy. "Mereka kumpul di tempat Hein."
"Aku hampir lupa, ini ulang tahun Utari. Dia ingin merayakan dengan dansa."
"Dansa!!! Ikut!!" teriak Kinan sambil menarik Dinni.
Syafri menyesal uccapan terlalu keras suaranya.
"Aduuh!" Widy menyeringai. Syafri pun mengiyakan.  Keempat segera mandi. Mereka  berempat  naik sepeda ke Cipaganti. Widy membonceng Dinni. Sementara Syafri membonceng Kinan.
"Syafri hati-hati, satu anak gila sudah cukup kau bawa, kini tambah  satu lagi!" teriak Ayah Widy tertawa.