"Kalau aku mah mau dijadikan istri ketiga oleh juragan," keluh Dinni.
Mereka mulanya bingung mencari orang yang tepat, tetapi yang mereka cari ada di belakang menyimak percakapan itu.
"Juragan itu tidak akan menunjukkan surat izin dari istri pertama dan keduanya kan?" ucap seorang ibu dari belakang. Â Disusul seorang ibu lainnya juga memakai kebaya. Â Mereka tampaknya habis rapat. Â Ibu itu berbisik dengan temannya dan kemudian mengajak Syafri, Widy dan Dinni berbicara.
Syafri ingin pamit. Tetapi Sutarsih dan Tjahjati mendorong masuk ke sebuah ruangan. "Kamu laki-laki baik harus dengar dulu!"
Widy menatapnya dengan memperlihatkan giginya. "Ntar kami temenin deh ke Tjiwidey, Dinni sementara tinggal dulu sama kita, kan ada kamar kosong. Bapaknya segan sama bapakku kok. Aman nggak akan perkara."
Kalau Widy yang meminta begitu Syafri menurut. Â Sutarsih dan Tjahjati mengacungkan jempol. Â Akhirnya setelah berbicara banyak hal, mereka mau memberikan perlindungan kepada Dinni.
"Kami bantu cari orang di Cianjur yang bisa mengurus perkara ini. Utang Bapakmu kami sama anggota DPRD urunan," kata Sutarsih.
Syafri terkejut ketika Sutarsih angka perceraian di Kota Bandung pada triwulan pertama 1957.
"Anjeun lihat itu dari 2.360 pernikahan, 1.057 cerai!"
"Itu kan hampir separuhnya," sahut Syafri.
"Penyebab karena ekonomi hingga tidak mau dimadu bahkan karena perbedaan politik," kata Tjahjati.