Apakah saya kecewa? Tidak justru menyenangkan. Kawan seperjalananku seorang anak muda tertawa-tawa. Bagi dia tidak apa asalkan pegang smartphone yang baterainya penuh, bisa main facebook, bisa chatting, browsing dan perjalanan tidak akan membosankan mendengarkan lagu dari headset.
Kami tiba di Pondok Indah, sekitar pukul 20.30.Â
Dia mengajak aku naik taksi ke Fatmawati. Backpacker cewek tadi benar: Di perjalanan selalu dapat kawan baru. Â Seperti anak gunung yang saling tolong menolong di jalan.
Â
Dago Atas, Bandung, 16 Maret 1957
Â
Syafri merasa lega. Dia berhasil melewati Ijab Kabul di Ruang Tamu Rumah Widy. Dia menyerahkan 10 gram emas hasil tabungannya sebagai mas kawin dan belinya baru kemarin di Pasar Baru dengan kawalan ketat dari  Zainal dan Herland takut dirampok. Tabungannya habis sama sekali untuk mempersunting Mojang pujaannya.
Geng Bandung Memang Hebat hadir semua termasuk Mitha anggota baru. Sebagian keluarga Syafri dan keluarga Widy dan tentunya rekan-rekan Widy. Â Acaranya dihadiri orang terbatas. Â Atasan Syafri, Agung Iskandar dan Jaka Gumelar ikut hadir. Tetapi Syafri lebih memilih Zainal jadi saksinya dan Widy memilih Herland. Â Klop! Pantas mereka mengawal dia dan memastikan agar semua berjalan lancar. Â Â
Geng Bandung Memang Hebat bertepuk tangan. Mereka yang paling seru di acara itu. Â
"Akhirnya ada yang jadian!" seru Hein.
"Jadi kita kapan nih?" Rinitje mencubitnya.