Aku terkejut ternyata Siwi dan temannya ada di sana makan.
"Bapak ternyata menginap di sini, sudah keliling ke mana saja?" tanyanya.
"Ya, Jatim Park, Coban Kaca, harusnya ke kawasan Apel, tetapi waktunya sempit," jawab aku.
"Kami dari sana," kemudian Siwi memberikan sebuah apel kepadaku. Ini untuk Abang. Â Benar Bang ceritakan petani apel di sini punya banyak masalah. Aku tadi beli banyak untuk oleh-oleh sepupu di Bandung lagi mencoba membuat manisan atau selai," ungkap Siwi.
Kok berubah memanggil aku Abang, tidak lagi Bapak, sewaktu di Malang.
Setelah makan dan mengobrol sebentar aku pulang ke hotel dan kembali tidak mengejar siapa itu Siwi. Â Aku tidak mau menambah masalah itu lagi.
Â
Singosari,Malang, 1915
"Bapak, bangun!" bocah itu mengguncangkan laki-laki itu. Â Perempuan ayu itu sudah berdiri dan mengajak laki-laki itu berdiri dan memberikan handuk.
"Kamu mandi dulu, Mas. Bapak dan Ibu sudah menunggu di meja makan. Â Kita sarapan bareng!"
 "Kamu marah sama aku?" tanya laki-laki itu. "Aku ninggalin kamu, maafkan aku," kata laki-laki itu berlutut.