"Kamu boleh pergi ke Surabaya, Meneer Hans, Redaktur kamu orang sudah saya telepon dia akan jemput kamu di Stasiun Malang."
"Lalu istri dan anak saya?"
"Mereka terpaksa dikarantina di rumah mereka. Desa itu akan diberi status bendera merah. Â Tentara sudah ke sana membuat barikade tidak ada boleh keluar masuk."
"Aku sudah kasih pengertian, rumah-rumah itu dibongkar dan dibakar agar tidak jadi sarang tikus."
Aku segera bergegas menuju Stasiun Malang, Hans atasanku yang sudah seperti saudara sendiri memelukku.
"Ikut prihatin pada keluarga istrimu," katanya. "Tapi hidup harus berjalan."
Kereta pun berjalan meninggalkan Kota Malang, setelah aku divaksin. Â Aku tidak menyangka wabah ini bisa berlangsung bertahun-tahun. Londo pun tidak merayakan tahun baru 1915. Â Orang Jawa menyebutnya sebagai pagebluk.
Â
Ngaglik, Batu, 9 September 2023
Mimpi buruk yang berulang tentang wabah itu. Kadang tikus-tikus berkeliaran di sekitar tempat tidurku dan di bawah tempat tidur menyembur darah. Â
Kadang wajah seorang bocah tergeletak di kasur dengan ketiak kehitaman tak berdaya dan perempuan ayu dengan sinar mata merah menatapku di rumah bambu itu. "Mana sumpah setia kamu dulu pada kami!"teriaknya.