Mobilnya segera meninggalkan kami. Lalu Sundari membuka pintu pagar rumah berlantai dua itu. Aku mengikutinya. Sepi, seperti tidak ada orang.
"Assalamulaikum!" ucapnya.
Tidak ada jawaban. Â Ada pesan WA masuk dari Charles. Cukup mengejutkan: "Google Maps hanya ada Kota Bandung."
"Ayo, Kang masuk dulu!" ajak Sundari. "Mungkin, mereka lagi keluar sebentar, pintunya nggak dikunci."Â
Aku duduk di ruang tamu, jam dinding menunjukkan pukul sepuluh, sama dengan jam di ponsel. Sundari menghidupkan televisi. Dia mencari warta berita dari stasiun mana saja. Tetapi tidak ada, yang ada hanya acara film dan musik.
"Coba kamu lihat hanya ada cara film, musik dan sinetron dan rasanya tidak ada yang baru, seperti re-run dan tidak ada berita," aku mulai takut.
"Tadi aku juga browsing, berita yang ada hanya sampai dengan tanggal dan jam waktu kita kecelakaan," sahut Sundari.
Dia kemudian kebelakang membuatkan minuman teh manis untuk aku dan empat potong kue serabi yang masih segar.
"Sepertinya Mama tahu aku pulang pagi dan meninggalkan empat potong serabi yang masih hangat, coba kang. Serabi buatan Mama!"
"Berarti mereka nggak lama meninggalkan rumah," sahut aku.
"Ntar lagi pulang, aku sudah WA, tetapi belum ada centrang biru."