Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Setelah Tengah Malam Jahanam (2)

16 Agustus 2021   07:57 Diperbarui: 16 Agustus 2021   08:08 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi-Foto: Detik.com

"Ya, sudah kita ke Antapani dulu. Saya beres-beres dulu, oh, ya kamu bawa baju ganti kemarin?"

"Bawa di tas, selalu begitu. Akang juga begitu, kan?"

Dengan rasa ingin tahu besar, kami turun ke bawah di mana rak sepatu ada di salasar. Ada sepatu kami dan kering,  padahal seharusnya basah karena hujan.

Kemudian kami berdua turun dan di lobi tidak ada orang. Hebatnya ada televisi menyala menyiarkan sebuah film yang pernah aku tonton.

"Kamu tahu siapa yang mengangkat kita ke sini dari ketinggian. Butuh banyak orang?" tanyaku.

"Hantu? Ha..ha..ha," Dia tertawa khasnya. "Aku sih kadang percaya ada dunia gaib. Tapi hanya orang tertentu bisa. Mereka kadang punya energi yang bisa menggerakan benda."

"Kalau aku sih punya pandangan lain. Bagaimana kalau ada mahluk tidak kasat mata, yang sebetulnya sudah lama bersama kita?"

"Alien? Mungkin juga, Kang! Tapi lebih mungkin juga ada Tim SAR menemukan kita dan tahu Akang ada di Hotel Backpacker Braga,"

"Iya sih Sun, tetapi mengapa nggak ke rumah sakit dan memberitahu keluarga kita?"

Dia juga menyandang tas ransel seperti saya.  Kami sudah ada di trotoar Jalan Braga. Di dekat situ ada Restoran Braga Permai, yang tak jauh dari hotel Backpacker.  Hanya saja terlihat buka, tapi tidak ada orang dan tempatnya bersih seperti tidak ditinggalkan.

Lalu kami melihat minimarket yang buka di Minggu pagi ini, tidak ada orang.  Lalu kami mengambil minuman kaleng susu cair dan masing-masing sebotol air mineral.  Aku ingin membayar, tapi Sundari mendahului.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun