Lalu Sundari duduk berhadapan dengan aku sama-sama menikmati serabi. Â Sepintas tidak ada yang aneh. Foto keluarga Sundari ada di ruang tamu. Kaligrafi ada. Juga perabot lainnya dan telepon analog.
Di ruangan tamu ada akurarium dengan beberapa ikan berenang hilir mudik. Sama seperti yang berapa kali aku lihat ketika bertandang ke rumahnya. Â Biasanya ada sandal dan sepatu di rak depan pintu rumahnya, serta kesetan.
"Bukankah seharusnya ada sandal dan sepatu di rak beranda? Kalau mereka seperti semua, hanya pakai sandal atau sepatu, nggak mungkin dua-duanya. Apalagi untuk waktu pendek. Lalu di mana mobil papamu?" tanyaku. Â "Kalau mereka pergi sebentar dan baru lalu pasti ada jejak roda."
Sundari mengangguk, lalu dia keluar. "Bersih, kang! Memang ada yang aneh! Coba aku periksa kamarku!"
Dia mengajak aku ke kamarnya di lantai dua dan tempat tidurnya rapi. Â Juga ada laptopnya di meja.
"Kemarin malam buru-buru, harusnya ada baju yang tergeletak di tempat tidur," ucapnya. "Kayaknya seperti kata Yuyi berapa waktu lalu, seperti dalam serial X-Files."
"Ok, kita tunggu sampai siang. Kalau belum datang tinggalkan pesan, lalu temani aku ke rumah saudaraku di kawasan Buahbatu," usulku.
"Ok."
Kami kembali ke ruang tamu. Â Kami saling cek WA. Yang ada hanya Charles, centrang biru. Yang lain nggak dijawab.
"Waduuuh, jangan-jangan kita ada di dimensi lain," kata Sundari tidak tertawa. "Kita dan Charles sudah mati waktu kecelakaan."
"Lah, orang-orang di jalan itu? Mereka juga hantu dong?" Aku mulai bergidik. Apa yang terjadi pada tengah malam kemarin?