"Mau ke Antapani, kan?" Charles membuka jendela.
Dengan berpandangan kami memasuki mobil ini dan kemudian melaju di jalanan kota Bandung.
"Nggak usah tanya, saya juga punya pertanyaan yang sama. Â Bahkan saya makan gratis di Lapo Tuak langgananku. Nggak ada orang. Hanya ada suara dari arah dapur minta aku meninggalkan uang."
"Lah, sama dengan kami alami," sahut Sundari.
"Bang Charles sadar di mana?" tanya aku.
"Di rumah saya di daerah Cicadas. Istri Abang dan anak-anak juga ada di rumah. Padahal seingat saya mereka harusnya di pesawat menuju Medan."
Taksi daring itu melaju Antapani begitu mulus. Jalan begitu sepi, sepertinya kota dilockdown. Mungkin saja ada wabah mendadak. Tetapi kalau dilockdown ada petugas yang ada di jalan.
"Tuh ada empat orang jalan kaki, dua laki-laki dan dua perempuan!"
Sundari jeli melihat ke trotoar Jalan Ahmad Yani. Â Charles memperlambat mobil. "Iya, mereka juga sepertinya bingung!"
Aku ingin tahu apakah orangtua Sundari ada di rumah. Ini hari Minggu. Keluargaku sudah pasti ke Jakarta, karena agendanya begitu, habis menghadiri acara nikahan. Â Mereka sudah aku bilang ada acara hingga pulang tidak bersama.Â
Kami tiba di kompleks tempat tinggal Sundari. Masih seperti sediakala. Tetapi tidak ada orang. Charles menghentikan mobilnya di depan pintu rumah yang bercat biru itu. Â Kami berdua turun dan aku membayar Charles, sesuai tarif.