"Seperti apa bangsa yang membunuh anakku," geram Ira. "Jelas bukan negeri Parahyangan yang cari-cari gara-gara."
Aku dan Ira memperhatikannya. Berarti Atlantis punya senjata yang canggih juga karena robot ini akan mudah mengalahkan mereka kalau hanya tombak dan panah. Tumang terbukti mampu mengoyak Bolo dengan gigi bajanya, mahluk buas yang bisa menggelinding di Planet Titanium.
Tiba-tiba berapa pengawal berlari ke arah kami.
"Anjeun, urang asing nyerang....!"
Sang Guriang menyusul mereka."Atlantis menyerang. Kalian berlindung...." Tampak dia khawatir.
"Atlantis? Yang membunuh anakku? Lalu aku disuruh berlindung. Enak saja!"
Kapten Ginanjar mengajak kembali ke pondok. Bukan untuk berlindung tetapi mengambil senjata. Aku dan Ira juga menggunakan pistol pelontar listrik.
"Right or wrong is my country," ujar Ira geram.
Para pengawal terperanjat karena kami lebih cepat larinya. Sebetulnya itu pengaruh perbedaan gravitasi. Planet Titanium gravitasi agak lebih besar dari Bumi hingga kami terbiasa. Â Hingga kecepatan kami lebih dari mahluk yang tinggal di planet ini.
Kami jeluar istana sampai ke tepi danau. Dari langit sejumlah manusia dengan sayap seperti burung. Mereka memakai penutup kepala seperti burung. Entah bagaimana mereka menerbangkannya, tapi tak mungkin manusia burung.
Sebut saja manusia bersayap burung, datang menyerbu melontarkan peluru-peluru api. Beberapa pengawal hangus jadi arang.