Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

[Cerpen] Anna Lola

1 Juni 2016   18:19 Diperbarui: 2 Juni 2016   16:56 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tiga

Jam tujuh seperti biasanya saya berbegas dari rumah saya menuju stasiun trem untuk melapor ke kantor saya di Kota. Tetapi setibanya di Stasiun Kota, seorang perempuan yang saya kenal menunggu. Tetapi kali ini tidak ramah. Dia menggunakan gaun merah jambu yang bagus.

“Saya ingin bicara Ruud!” Dia bersuara pelan dan tidak lagi dengan senyumnya yang khas. Tatapan matanya tajam.

“Di mana? Di Kafe?”

Anna Lola menggeleng. Seorang Slam tiba-tiba mendekatiku.

“Ikut kami ke Depok Tuan,” bisiknya.

Saya hafal benda yang menempel di punggung saya, revolver.

“Ke Depok menemui seseorang yang kamu lihat kemarin,” ujarnya ketus.

“Kamu terlibat apa?”

“Bukan urusan kamu Ruud!”

“Kamu mau menculik saya?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun