"Tapi apa, Ra? "
"Tapi.. Aku ga yakin, Va. "
"Aku kena leukemia, Va" Jawabku. Mataku berkaca-kaca kembali.
"Kamu bercanda kan, Ra? " Eva sambil memegang kedua pundakku. Tampak wajahnya terkejut dan tidak percaya.
"Iya, Va. Aku serius" Seketika air mataku mengalir tak terbendung. Saat itu pula Eva memelukku.Â
"Yang sabar ya, Ra. Kamu yang tenang. Kamu harus kuat. Kamu harus sembuh. " Eva masih memelukku dan mengusap punggungku mencoba menenangkanku.
Kemoterapi aku jalani. Obat-obatan yang ingin aku hindari kini menjadi bagian di setiap hariku.Â
Ayah selalu kembali ketika hari sudah larut malam. Ayah mencari uang dari pagi hingga malam. Ibu menjagaku siang malam. Aku semakin tidak berdaya. Hari-hari kulewati di rumah sakit. Aku ingin pulang. Aku meminta ibu untuk pulang.
 Tapi ibu terlalu menghawatirkan keadaanku. Tapi keinginanku untuk pulang sangatlah besar.
Karena desakanku setiap hari, membuat ayah dan ibuku mengalah. Aku akan pulang ke rumah. Ibu mengemas semua barang-barangku.Â
Dan tidak lama kemudian telah sampailah kami ke  rumah yang aku rindukan. Setiba di rumah, aku langsung membuka pintu kamarku.Â