Nara
Seketika bahu ayah Nara berguncang hebat, air matanya mengalir tak terbendung
Tangannya memegang dengan kuat buku catatan yang ada di pangkuannya.Â
Sesekali ia menyeka air matanya yang mengalir. Tampak kesedihan yang amat dalam dari wajahnya.Â
Ibu Nara Dan Eva mencoba menenangkannya dan menguatkannya.
Pagi itu, suara-suara merdu kicauan burung itu masih terdengar, dan udara segar yang berhembus pun masih sama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!