Meski sudah tiga hari berada di rumah, tetapi tetap saja aku merasa tubuhku lemah. Terkadang aku merasa mual dan tidak nafsu makan. Selama aku sakit, ibu dengan sabarnya merawatku sambil melakukan pekerjaan rumah seperti biasanya.Â
Adik dan ayahku memberikan semangat padaku agar aku cepat sembuh. Setelah tiga hari berlalu, aku mengumpulkan semangatku untuk bersekolah kembali.
"Ra, bagaimana keadaanmu? Apa kamu sudah baikan?" Eva menanyakan keadaanku sambil mengerutkan keningnya meminta kepastianku.
"Iya, Va. Aku udah merasa baikan kok" Jawabku pada Eva.
"Wajahmu tampak pucat, Ra. Kenapa kamu memaksakan diri untuk bersekolah? "
"Aku merindukanmu, Va. Lagian aku takut kamu kesepian tanpa aku, Va?" Jawabku sekenanya sambil melirik dan tersenyum tipis ke arah Eva.
"Nara... Nara! Aku serius, malah bercanda!" Eva langsung menyilangkan tangannya mengisaratkan sedikit kesal. Aku semakin tertawa melihatnya.
Tidak lama pembelajaran pun dimulai. Bu Mia mengajarkan tentang sel pagi ini. Pembelajaran berlangsung seperti biasanya.
Setiap harinya aku melaksanakan kegiatanku seperti biasanya. Tapi dengan energi yang sangat berbeda. Dan aku merasa sangat lelah.
Keesokan di pagi harinya ketika mematut diri di depan cermin, aku menyaksikan tulang di kedua pipi wajahku semakin menonjol.Â
Aku kemudian menimbang berat badanku. Aku sedikit terkejut dengan berat badanku saat ini.Â