"Nara ga usah khawatir, ayah akan berusaha semaksimal mungkin untuk mencari biaya pengobatan Nara.Â
" Ayah mencoba menenangkanku sambil menyentuh bahuku. Ayah... Ucapan itu hanya bisa kuucapkan di hati karena bibirku sudah tak sanggup lagi berkata apa-apa.
Aku tahu, ayah memikul beban yang sangat berat.
Eva datang membawa sekeranjang buah dan meletakkannya di atas meja di samping ranjangku.
"Hai, Nara! " Ucap Eva, sambil memelukku. Aku membalas pelukannya. Kemudian Eva melepaskannya dan melemparkan senyuman padaku.
"Nara kok sedih? Kamu ga senang ya aku datang? " Katanya cemberut. Aku tersenyum padanya.
" Ya ga lah, Va. Aku senang kamu ke sini, apa lagi bawa buah banyak. Kan aku suka. Serin-seringlah datang. Bawa buah tangan yang banyak. "Candaku.
" Tadi sih mau bawa tokonya sekalian" Timpalnya. Aku tersenyum lagi.
Sejenak kami terdiam. Terlihat Eva memandangku dengan iba.
"Ra, wajahmu pucat sekali. Kamu terlihat kurus, Ra. Ayolah makan yang banyak, biar berat badanmu balik lagi. Cepat sembuh, biar kita bisa bareng lagi di sekolah, Ra" Kata Eva memberikan saran padaku.
"Sembuh?... Aku ingin, Va... Tapi.... " Aku tidak melanjutkan kalimatku.