Mohon tunggu...
Jumari Haryadi Kohar
Jumari Haryadi Kohar Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, trainer, dan motivator

Jumari Haryadi alias J.Haryadi adalah seorang penulis, trainer kepenulisan, dan juga seorang motivator. Pria berdarah Kediri (Jawa Timur) dan Baturaja (Sumatera Selatan) ini memiliki hobi membaca, menulis, fotografi, dan traveling. Suami dari R.Yanty Heryanty ini memilih profesi sebagai penulis karena menulis adalah passion-nya. Bagi J.Haryadi, menulis sudah menyatu dalam jiwanya. Sehari saja tidak menulis akan membuat ia merasa ada sesuatu yang hilang. Oleh sebab itu pria berpostur tinggi 178 Cm ini akan selalu berusaha menulis setiap hari untuk memenuhi nutrisi jiwanya yang haus terhadap ilmu. Dunia menulis sudah dirintis J.Haryadi secara profesional sejak 2007. Ia sudah menulis puluhan judul buku dan ratusan artikel di berbagai media massa nasional. Selain itu, ayah empat anak ini pun sering membantu kliennya menulis buku, baik sebagai editor, co-writer, maupun sebagai ghostwriter. Jika Anda butuh jasa profesionalnya dihidang kepenulisan, bisa menghubunginya melalui HP/WA: 0852-1726-0169 No GoPay: +6285217260169

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Misteri Buku Tua di Perpustakaan

21 April 2020   03:25 Diperbarui: 21 April 2020   03:45 829
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tentu saja aku tak percaya dan masih meragukan pengakuan mereka. Aku sengaja tak membuka rahasiaku kalau aku ini berasal dari zaman milenial di tahun 2019.  

"Hai prajurit, kita sekarang sedang berada dimana?" tanyaku pada mereka.

"Begini Tuan. Selepas penyerangan terhadap markas VOC di Batavia, pasukan kita kalah. Banyak prajurit yang gugur. Saat itu pasukan kita terpojok. kami berdua dan Tuanku mendapat serangan gencar dari pasukan VOC.

Dalam pertempuran jarak dekat, kita terkepung dan Tuanku terkena pukulan bertubi-tubi dari pasukan VOC. Tuanku pingsan dan kami pun menyerah. Sekarang kita menjadi tawanan VOC Tuanku," kata salah seorang yang berpakaian prajurit itu menjelaskan.      

"Ya, Tuanku. Menurut desas-desus yang kami terima, besok kita akan dihukum mati Tuanku," kata orang berpakaian prajurit yang satu lagi.

"Begini saja. Malam ini kita kabur," ujarku tiba-tiba pada mereka.

Ide itu muncul begitu saja tanpa aku pikirkan sebelumnya.  

"Tapi Tuanku, penjagaan di sini ketat sekali. Bagaimana kita bisa kabur tanpa senjata dan bala bantuan?" jawab salah seorang dari berpakaian prajurit itu.

"Aku punya ide.  Nanti aku akan pura-pura sakit. Lalu kalian memanggil petugas jaga. Saat mereka datang, kita bunuh mereka dan kita rebut senjatanya," ujarku pada mereka.

Mereka berdua mematuhi apa yang kuperintahkan. Tampaknya aku sekarang benar-benar merasa menjadi seorang pembesar negeri. Buktinya omonganku dituruti mereka dengan rasa hormat selayaknya aku ini memang benar-benar Dipati Ukur. 

Aku pun pura-pura mengerang seolah-olah sedang kesakitan, sambil terbaring dan memegang perutku. Suasana tentu sedikit gaduh. Kedua prajurit itu memanggil-manggil petugas dengan bahasa Belanda yang kumengerti. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun