Aku sempat terpukau sejenak memerhatikan sosok pria yang menjengkelkan ini. Betapa tidak, perbuatannya zaman dulu telah menyusahkan bangsa kita. Setidaknya itu yang pernah kutahu dalam buku sejarah. Â Â
Halaman itu pun segera kulipat dan kuteruskan dengan halaman yang lain. Lembar demi lembar buku itu aku buka. Namun, aku sama sekali tak mengerti apa maksud tulisannya.
Semakin aku buka lebar berikutnya, tanganku semakin terasa berat. Sepertinya ada sebuah energi besar yang menahan lembaran itu agar tidak bergerak menuju lembar selanjutnya. Jujur, aku sebenarnya mulai terasa takut. Keringat dingin mulai keluar dari pori-pori kulitku.
Tentu saja aku semakin penasaran. Rasa ingin tahuku mengalahkan rasa takutku. Terus saja kupaksa agar lembaran buku tua itu terus terbuka. Saat memasuki halaman 13, aku melihat foto sebuah bangunan tua di tengah hutan. Bangunan itu berbentuk rumah bangsa Eropa beratap kerujut berpintu tinggi sekitar dua meter dengan banyak jendela, lebih mirip sebuah villa.
Saat sampai ke halaman ini, sekujur tubuhku terasa merinding. Bulu kudukku mulai berdiri. Dalam hitungan detik, tiba-tiba sebuah tangan keriput berkuku panjang keluar dari dalam buku itu dan langsung mencengkeram kedua pergelangan tanganku dengan kuat. Aku terperanjat, tapi sudah terlambat. Tangan itu seakan menempel kuat dan tak mau dilepaskan.
Aku berusaha sekuat tenaga menahan tangan aneh tersebut, tapi tarikannya terasa kuat sekali. Ingin sekali aku berteriak, tapi mulutku seperti terkunci rapat. Aku mencoba menahan tubuhku dengan  menyandarkan kedua kakiku ditiang meja. Namun usahaku tetap sia-sia. Separuh tanganku sudah mulai masuk ke dalam buku tua itu.Â
Terjadilah tarik menarik antara aku dan tangan misterius tersebut. Tenagaku semakin melemah, tapi aku tak mau menyerah. Tiba-tiba aku merasakan tubuhku semakin lembut dan mengempis, seperti sebuah balon yang tertusuk jarum dan kehilangan anginnya.
Kepalaku terasa pusing sekali. Dadaku terasa sesak dan susah bernapas. Tubuhku terasa seperti sedang diremas dengan kekuatan yang sangat dahsyat. Kemudian pandanganku semakin kabur. Semuanya menjadi semakin gelap, sunyi, dan hening sekali. Aku seperti terbuai dalam mimpi dan tak ingat apa-apa lagi.
***Â
Entah sudah berapa lama tak sadarkan diri. Saat kubuka mataku, aku terkejut. Betapa tidak, suasana tempat ini sama sekali tak kukenal. Ternyata aku tertidur dilantai tanpa alas. Pantesan saja aku merasa agak kedinginan dan meringkuk di tempat itu.
Aku mencoba melihat kondisi di sekeliling ku sambil tetap berada di tempatku berbaring. Ternyata aku sedang berada dalam ruangan tembok yang sempit, berukuran sekitar 2 x 2,5 m dengan tinggi sekitar 3 m. Ternyata aku tidak sendiri. Di sampingku terdapat dua orang berpakaian agak lusuh. Tampaknya seperti pakaian prajurit zaman dulu. Keduanya masih terlelap tak jauh dari tempatku.