Mohon tunggu...
Jumari Haryadi Kohar
Jumari Haryadi Kohar Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, trainer, dan motivator

Jumari Haryadi alias J.Haryadi adalah seorang penulis, trainer kepenulisan, dan juga seorang motivator. Pria berdarah Kediri (Jawa Timur) dan Baturaja (Sumatera Selatan) ini memiliki hobi membaca, menulis, fotografi, dan traveling. Suami dari R.Yanty Heryanty ini memilih profesi sebagai penulis karena menulis adalah passion-nya. Bagi J.Haryadi, menulis sudah menyatu dalam jiwanya. Sehari saja tidak menulis akan membuat ia merasa ada sesuatu yang hilang. Oleh sebab itu pria berpostur tinggi 178 Cm ini akan selalu berusaha menulis setiap hari untuk memenuhi nutrisi jiwanya yang haus terhadap ilmu. Dunia menulis sudah dirintis J.Haryadi secara profesional sejak 2007. Ia sudah menulis puluhan judul buku dan ratusan artikel di berbagai media massa nasional. Selain itu, ayah empat anak ini pun sering membantu kliennya menulis buku, baik sebagai editor, co-writer, maupun sebagai ghostwriter. Jika Anda butuh jasa profesionalnya dihidang kepenulisan, bisa menghubunginya melalui HP/WA: 0852-1726-0169 No GoPay: +6285217260169

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Misteri Buku Tua di Perpustakaan

21 April 2020   03:25 Diperbarui: 21 April 2020   03:45 829
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku sempat terpukau sejenak memerhatikan sosok pria yang menjengkelkan ini. Betapa tidak, perbuatannya zaman dulu telah menyusahkan bangsa kita. Setidaknya itu yang pernah kutahu dalam buku sejarah.   

Halaman itu pun segera kulipat dan kuteruskan dengan halaman yang lain. Lembar demi lembar buku itu aku buka. Namun, aku sama sekali tak mengerti apa maksud tulisannya.

Semakin aku buka lebar berikutnya, tanganku semakin terasa berat. Sepertinya ada sebuah energi besar yang menahan lembaran itu agar tidak bergerak menuju lembar selanjutnya. Jujur, aku sebenarnya mulai terasa takut. Keringat dingin mulai keluar dari pori-pori kulitku.

Tentu saja aku semakin penasaran. Rasa ingin tahuku mengalahkan rasa takutku. Terus saja kupaksa agar lembaran buku tua itu terus terbuka. Saat memasuki halaman 13, aku melihat foto sebuah bangunan tua di tengah hutan. Bangunan itu berbentuk rumah bangsa Eropa beratap kerujut berpintu tinggi sekitar dua meter dengan banyak jendela, lebih mirip sebuah villa.

Saat sampai ke halaman ini, sekujur tubuhku terasa merinding. Bulu kudukku mulai berdiri. Dalam hitungan detik, tiba-tiba sebuah tangan keriput berkuku panjang keluar dari dalam buku itu dan langsung mencengkeram kedua pergelangan tanganku dengan kuat. Aku terperanjat, tapi sudah terlambat. Tangan itu seakan menempel kuat dan tak mau dilepaskan.

Aku berusaha sekuat tenaga menahan tangan aneh tersebut, tapi tarikannya terasa kuat sekali. Ingin sekali aku berteriak, tapi mulutku seperti terkunci rapat. Aku mencoba menahan tubuhku dengan  menyandarkan kedua kakiku ditiang meja. Namun usahaku tetap sia-sia. Separuh tanganku sudah mulai masuk ke dalam buku tua itu. 

Terjadilah tarik menarik antara aku dan tangan misterius tersebut. Tenagaku semakin melemah, tapi aku tak mau menyerah. Tiba-tiba aku merasakan tubuhku semakin lembut dan mengempis, seperti sebuah balon yang tertusuk jarum dan kehilangan anginnya.

Kepalaku terasa pusing sekali. Dadaku terasa sesak dan susah bernapas. Tubuhku terasa seperti sedang diremas dengan kekuatan yang sangat dahsyat. Kemudian pandanganku semakin kabur. Semuanya menjadi semakin gelap, sunyi, dan hening sekali. Aku seperti terbuai dalam mimpi dan tak ingat apa-apa lagi.

*** 

Entah sudah berapa lama tak sadarkan diri. Saat kubuka mataku, aku terkejut. Betapa tidak, suasana tempat ini sama sekali tak kukenal. Ternyata aku tertidur dilantai tanpa alas. Pantesan saja aku merasa agak kedinginan dan meringkuk di tempat itu.

Aku mencoba melihat kondisi di sekeliling ku sambil tetap berada di tempatku berbaring. Ternyata aku sedang berada dalam ruangan tembok yang sempit, berukuran sekitar 2 x 2,5 m dengan tinggi sekitar 3 m. Ternyata aku tidak sendiri. Di sampingku terdapat dua orang berpakaian agak lusuh. Tampaknya seperti pakaian prajurit zaman dulu. Keduanya masih terlelap tak jauh dari tempatku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun