Seorang leluhur yang sudah tidak lagi hidup dan berada dengan para keturunannya di dunia tetap dihadirkan dalam ingatan, hati, dan batin para keturunannya melalui kebudayaan, yang sering diwujudkan melalui tradisi/upacara adat yang dimiliki dalam hidup sehari-hari. Oleh sebab itu, dapat dilihat dan dipahami mengapa proses kehadiran seorang manusia adalah keindahan itu sendiri, sebab tidak ada yang lebih indah daripada realitas manusiawi.
Keindahan hidup itu tidak dijumpai dalam ideologi atau keyakinan apa pun, sebab kenyataannya Tuhan tidak menciptakan ideologi, melainkan seorang manusia. Itulah mengapa perlu disadari bahwa segala sesuatu yang dimaksudkan sebagai kebenaran politis atau keyakinan religius mengabdi kepada kehadiran seorang manusia. Dengan demikian, cinta adalah ekspresi tertinggi dan puncak dari keindahan hidup manusia itu.[80] Keindahan hidup itu dengan demikian adalah bahwa hidup itu menghasilkan buah, lama sesudah hidup itu sendiri berakhir.[81]
Penutup
Keindahan dan makna hidup tentunya hadir dalam seluruh aspek kehidupan, istimewanya dalam adat-istiadat setiap kelompok manusia. Kenyataan ini menunjukkan bahwa keindahan hidup itu lahir dari cinta akan Tuhan, sesama, dan alam semesta. Cinta harus diwujudkan secara menyeluruh dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari.Â
Warisan kebudayaan lokal adalah salah satu sarana yang hendaknya disadari, dipelihara, dan diwariskan secara terus-menerus oleh masyarakat setempat, sebab jikalau bukan mereka yang menghayatinya, siapa lagi yang akan bertanggung jawab atas kekayaan dan makna dari suatu kebudayaan yang mereka miliki, serta meneruskannya kepada generasi selanjutnya?? Apa yang akan diterima dan diketahui oleh keturunan selanjutnya mengenai budaya mereka, apabila sejak dini mereka tidak diajak akrab, mengenal, dan mencintai budaya mereka masing-masing??
Saya kemudian menemukan bahwa upacara mangongkal holi merupakan penghormatan tertinggi orang Batak kepada orang tua (leluhurnya), sebab setelah upacara mangongkal holi maupun tradisi Batak tidak lagi memiliki upacara adat lain untuk menghormati leluhur mereka yang telah meninggal, sekalipun orang Batak biasanya melakukan ziarah kepada leluhur mereka dalam hari, bulan, maupun tahun-tahun tertentu. Namun, penghormatan tersebut tidak lebih besar maupun lebih meriah daripada upacara mangongkal holi.
Dalam terang iman Kristiani, upacara mangongkal holi adalah perwujudan perintah keempat, yakni penghormatan terhadap orang tua (leluhur) dan penghayatan ajaran iman mengenai relasi antara orang hidup dengan orang mati (persekutuan dengan yang telah meninggal), yang dirayakan oleh Gereja universal setiap 2 November sebagai Peringatan Arwah Semua Orang Beriman. Ajaran iman Kristiani menunjukkan bahwa sekalipun orang hidup dan mati sudah berada di tempat yang berbeda, namun relasi di antara keduanya harus senantiasa terjalin dalam terang iman (doa).
DOKUMEN GEREJA
Gereja, Konferensi Wali. 1996. Iman Katolik. Kanisius.
---------. 2014. Katekismus Gereja Katolik. Diedit oleh P. Herman Enbuiru. III. Ende: Nusa Indah.
Hardawiryana, R., ed. 1993a. "Gaudium et Spes." In Dokumen Konsili Vatikan II. Jakarta5: OBOR.