Upacara mangongkal holi dalam budaya orang Batak sebagai wujud cinta dan penghormatan kepada orang tua dengan demikian memiliki relasi yang erat dengan perintah keempat (hormatilah ayah-ibumu) dalam Gereja Katolik.[70] Relasi upacara mangongkal holi dengan perintah keempat dalam Gereja Katolik merupakan gambaran akan inkulturasi iman dan budaya.Â
Kenyataan ini sebenarnya telah disampaikan oleh (almarhum) Mgr. Anicetus Bongsu Sinaga, OFMCap dalam bukunya Tempat Para Religius dalam Adat Batak,[71] di mana beliau menuliskan dalam bukunya tersebut bahwa sangatlah penting ada suatu liturgi mangongkal holi dalam terang iman Gereja Katolik, yang kenyataannya sampai saat ini masih sangat terbatas dan sulit ditemukan.Â
Namun, melalui penelitian yang sedang dibahas saat ini, penulis memiliki keyakinan bahwa tema upacara mangongkal holi dalam relasinya dengan perintah keempat dalam Gereja Katolik merupakan tema yang sangat baik dan terbuka untuk didalami selanjutnya oleh siapapun, pihak, dan penulis lainnya, terutama oleh orang Batak sendiri.
Di samping relasi iman dan budaya seperti di atas, upacara mangongkal holi juga merupakan gambaran dari apa yang diajarkan oleh Gereja Katolik mengenai relasi antara orang hidup dengan orang mati.[72] Dalam KGK No. 958, Gereja mengajarkan kepada seluruh umat beriman mengenai persekutuan dengan yang telah meninggal. Gereja dalam terang iman senantiasa merayakan kemenangan orang-orang yang telah meninggal dan mempersembahkan silih kurban-kurban bagi mereka.[73] Ajaran iman ini dengan jelas terlihat dari Peringatan Arwah Semua Orang Beriman yang dirayakan oleh Gereja Universal setiap 2 November.Â
Gereja mengajarkan kepada seluruh umat beriman mengenai tradisi iman bahwa seluruh doa yang dipanjatkan kepada mereka yang telah meninggal, tidak hanya menolong mereka yang telah meninggal, tetapi juga sangat berguna bagi orang-orang yang masih hidup di dunia, sebab Gereja mengajarkan bahwa apabila orang yang telah meninggal didoakan, dan telah masuk ke rumah Bapa (sorga), maka doa-doa mereka juga sangat berguna bagi orang-orang yang masih hiudp (berziarah) di dunia ini. Dengan kata lain, orang hidup dan mati sekalipun tidak tinggal bersama lagi di dunia, namun relasi di antara keduanya harus senantiasa terjalin dalam terang iman.
Makna Upacara Mangongkal Holi
Upacara mangongkal holi [74] biasanya dilakukan oleh para keturunan yang telah berhasil[75] dari seorang leluhur yang telah meninggal dunia. Di mana mereka berusaha untuk membahagiakan, menghormati, dan memuliakan leluhur mereka yang telah meninggal dunia melalui upacara mangongkal holi.Â
Melalui upacara adat tersebut dengan kata lain dapat diketahui bahwa keturunan dari seorang leluhur telah berhasil atau tidak? Itulah mengapa setiap orang Batak selalu berusaha untuk mencapai kesuksesan, supaya mampu mengadakan upacara mangongkal holi serta membuat tugu marga sebagai tanda bahwa keturunan seorang leluhur telah berhasil, sehingga mampu menghormati dan membahagiakan arwah dari leluhur mereka.Â
Upacara mangongkal holi selain sebagai ungkapan dari para keturunan yang telah berhasil, memiliki makna juga sebagai sarana untuk mempererat hubungan antar keluarga maupun yang satu marga yang terlihat dalam dalihan na tolu, dan sering terungkap dalam suatu pesta keluarga. Makna lain dari upacara adat ini adalah usaha untuk membuat suatu "tugu marga", dimana orang-orang akan mengenal setiap keturunan dari leluhur yang telah meninggal, sehingga kelak jika ada keturunan dari leluhur yang meninggal akan dikuburkan juga disana beserta dengan keturunan yang lainnya.
Upacara mangongkal holi menurut orang Batak juga adalah suatu wujud dari kesadaran akan pentingnya memelihara, menghayati, dan mewariskan budaya lokal kepada seluruh keturunan mereka yang masih hidup di dunia ini. Dengan demikian setiap keturunan menyadari, mengetahui, memelihara dan mencintai budaya mereka sendiri. Dengan kata lain, mereka hidup, bergaul, dan menghargai budaya sendiri, dan juga budaya orang lain sebagai warisan yang berharga dan patut dilestarikan dalam kehidupan sehari-hari selama mereka masih hidup di dunia ini.
Pemahaman akan makna dari upacara mangongkal holi ini tidak lepas dari tujuan hidup setiap orang Batak. Di mana mereka memiliki tiga falsafah hidup, yakni hasangapon, hagabeon, dan hamoraon. Pencapaian tiga falsafah hidup tersebut dipandang oleh setiap orang Batak sebagai kesempurnaan dan tujuan hidup selama berziarah di dunia ini. Itulah mengapa ketiga unsur dari tujuan hidup tersebut bagi pemahaman setiap orang Batak saling terikat, mendukung, dan sama pentingnya.Â