Mohon tunggu...
Juli Antonius Sihotang
Juli Antonius Sihotang Mohon Tunggu... Lainnya - Perantau-Peziarah Hidup

Spiritualitas, Iman Katolik, Kaum Muda Katolik Artikel saya yang lain dapat dilihat di: https://scholar.google.co.id/citations?user=_HhzkJ8AAAAJ&hl=en

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Upacara Mangongkal Holi dan Perintah Keempat Dalam Gereja Katolik

6 Juni 2023   18:49 Diperbarui: 6 Juni 2023   19:19 892
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: youtube.com/ancas wisata

Akan tetapi, kedua unsur yang disebut pertama merupakan faktor penentu untuk mencapai kehormatan dan kemuliaan. Hal ini dikarenakan orang Batak menyadari bahwa kekayaan dan kemuliaan merupakan tujuan hidup tertinggi yang ingin dicapai pada saat mereka hidup dan juga sesudah mati.[76]

Di sisi lain, dalam upacara mangongkal holi terlihat juga berlangsung upacara seperti liturgis, yakni partangiangan (Kebaktian Syukur)[77] yang sebenarnya. Di mana proses kegiatan upacara liturgis ini sebagian dipimpin oleh seorang penatua atau pejabat gerejawi. Semua orang yang berada di dalamnya bernyanyi, berdoa, dan memohon berkat Tuhan bersama atas orang-orang yang masih hidup dan orang-orang yang telah meninggal. Melalui arwah leluhur, orang-orang yang masih hidup kemudian memohon berkat sebagai balas jasa atas tempat terhormat yang telah disediakan oleh keturunan bagi arwah leluhur.[78

Penghormatan Kepada Orang Tua (Leluhur) dan Perintah Keempat Gereja

Pada saat pertama kali mengikuti upacara mangongkal holi, saya masih duduk di Sekolah Dasar, sehingga saya sungguh belum mengerti sedikit pun mengenai makna kegiatan apa yang sedang saya ikuti pada waktu itu. Namun, saya masih mengingat dengan baik bahwa pada saat itu upacara mangongkal holi tersebut dilakukan di daerah Kabupaten Muara, Tapanuli Utara. 

Upacara tersebut berjalan dengan baik, dan diikuti oleh banyak orang Batak, terutama keluarga besar dari leluhur yang sedang dipestakan. Pada awalnya semua tindakan dan ekspresi orang banyak yang hadir pada saat itu hanya biasa-biasa saja, sebelum kami tiba di suatu tambak. Beberapa orang yang sudah ditugaskan untuk membongkar tambak, kemudian membongkar bangunan kuburan dari leluhur keluarga yang mengadakan upacara.

Peti mati kemudian dikeluarkan, dibuka, dan diletakkan dihadapan para keturunan leluhur. Peti mati yang telah dibuka dan berada dihadapan seluruh keturunan leluhur yang telah meninggal, tiba-tiba membuat suasana menjadi hening, setelah itu mulailah isak dan teriakan tangis yang cukup keras dari para keturunan leluhur pada saat itu. 

Mereka menangis sembari mengungkapkan kerinduan, pujian dengan menyanyi, mengungkapkan kisah-kisah leluhur semasa hidupnya dan suatu penghormatan yang mendalam dengan memeluk tulang-belulang leluhur. Tulang-belulang leluhur, kemudian dibersihkan dan disusun dengan sangat rapi dalam suatu peti berukuran kecil, sebelum akhirnya diangkat ke atas tugu bagian tertinggi.

Perwakilan dari salah satu keturunan leluhur kemudian mengucapakan banyak terima kasih kepada leluhur akan segala sesuatu yang sudah ia perbuat selama hidupnya, dan berharap supaya leluhur terus melindungi dan mendoakan semua keturunannya yang masih hidup di dunia. 

Sementara itu, dari setiap keturunan leluhur diharapkan untuk senantiasa memelihara dan mewariskan budaya upacara mangongkal holi secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi selanjutnya, sehingga mereka pun kelak akan diperlakukan dengan tradisi yang sama oleh para keturunan mereka sendiri.

Apa yang telah saya alami dalam upacara mangongkal holi, kemudian menyadarkan saya bahwa keindahan hidup itu memang bukan semata-mata pada saat seseorang memiliki harta dan nama baik ketika masih hidup di dunia ini, tetapi dapat juga dirasakan dalam diri seseorang yang telah meninggal ketika ia diingat, dihormati, dan dimuliakan oleh para keturunannya. Apalagi cita-cita dasar pola fundamental kebudayaan dan kerinduan terdalam dari manusia Indonesia adalah keselarasan, keseimbangan, kecocokan, kesesuaian, kerukunan, harmoni, dan damai.

Inilah nilai-nilai yang dicita-citakan dan ingin diwujudkan dalam sikap budi pekerti, perasaan, tata krama sosial, alam raya dan dunia religius [79]. Dengan kata lain, keindahan hidup menurut saya bukanlah semata-mata terletak pada pujian, apa yang kelihatan indah, dan tertata dengan baik dalam pandangan mata, melainkan juga terletak pada apa yang menjadi ungkapan batin seseorang maupun golongan untuk mengenang, menghormati, dan memuliakan arwah orang tua (leluhurnya) sendiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun