Mohon tunggu...
Juli Antonius Sihotang
Juli Antonius Sihotang Mohon Tunggu... Lainnya - Perantau-Peziarah Hidup

Spiritualitas, Iman Katolik, Kaum Muda Katolik Artikel saya yang lain dapat dilihat di: https://scholar.google.co.id/citations?user=_HhzkJ8AAAAJ&hl=en

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Upacara Mangongkal Holi dan Perintah Keempat Dalam Gereja Katolik

6 Juni 2023   18:49 Diperbarui: 6 Juni 2023   19:19 892
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: youtube.com/ancas wisata

Upacara mangongkal holi dimulai dengan kegiatan yang dilakukan di tambak.[35] Pembongkaran dimulai dengan acara ibadat yang dipimpin oleh seorang perwakilan dari gereja setempat. Selanjutnya, pintu tambak diketuk sebanyak tiga kali, kemudian perwakilan gereja mengingatkan bahwa pemindahan tersebut harus dilakukan dengan maksud yang benar dan sesuai dengan ajaran Tuhan. 

Setelah itu, proses upacara dalam tahap selanjutnya diserahkan kembali kepada raja parhata.[36] Namun sebelum melanjutkannya, raja parhata terlebih dahulu menanyakan prosesi yang diinginkan oleh pihak hula-hula.[37] Setelah mendapatkan arahan, hula-hula tertua dari keluarga leluhur kembali mengetuk pintu tambak sekali lagi. Kemudian beberapa tukang yang sudah disewa, langsung mengambil alih pembongkaran pintu batu tambak. 

Para perwakilan keluarga kemudian masuk ke dalam untuk mengumpulkan tulang-belulang leluhur mereka. Kemudian Sattabi da oppung[38] diucapkan oleh salah seorang keluarga leluhur yang mengumpulkan tulang-belulang ke dalam suatu ember. Setelah tulang-belulang selesai dikumpulkan semuanya, ember yang berisi tulang-belulang kemudian dibawa ke luar tambak. 

Selanjutnya pihak boru[39] langsung mengambilnya untuk dibersihkan, yang kemudian diikuti oleh isak dan teriak tangis para keturunan yang hadir dalam proses pembersihan tulang-belulang. Adapun proses pembersihan tulang-belulang leluhur tersebut biasanya dilakukan dalam tiga tahap. Di mana tahap pertama, adalah pembersihan dengan air. Tahap kedua, dengan pangir (jeruk purut).[40] Tahap ketiga, dengan air kunyit.

Tulang-belulang leluhur yang sudah dibersihkan dan dikeringkan, kemudian disusun ke dalam suatu peti kecil. Sebelum di bawa ke atas tugu, peti terlebih dahulu diulosi oleh pihak hula-hula. Setelah itu, baru di hutti[41] parumaen[42] ke atas tugu. Sementara perwakilan keluarga yang lain sudah siap menerima menantu yang meng-hutti untuk mengambil ulos[43] dengan perlahan. Dengan demikian, yang dimasukkan ke dalam tugu itu hanya peti yang berisi tulang-belulang leluhur.  

Pada zaman dahulu dalam kehidupan dan kebiasaan orang Batak, setiap ada suatu keluarga yang marulaon,[44] dongan sahuta[45] biasanya bekerja untuk menyiapkan tempat, perlengkapan, dan makanan. Namun, sekarang semua serba mudah dengan adanya katering maupun jasa pembuat tenda maupun perlengkapan lain yang dibutuhkan. 

Meskipun begitu, semangat gotong-royong masih tetap dihayati oleh orang Batak setiap kali ada pihak keluarga yang marulaon. Salah satu buktinya adalah ketika acara makan bersama, sekalipun pihak keluarga yang berpesta menggunakan jasa katering, namun pihak boru tetap ikut bergegas untuk melayani pihak hula-hula. Pihak parboru langsung menyusun formasi satu barisan ke arah tenda, tempat pihak para hula-hula berada atau duduk. Selanjutnya, piring yang sudah berisi berbagai makanan tinggal di geser dari parboru yang satu ke parboru lainnya sampai ke pihak hula-hula. 

Dalam upacara mangongkal holi ini, dapat juga ditemukan tradisi Batak yang disebut dengan nama dalihan na tolu.[46] Di mana yang paling dihormati dan berada pada posisi terdepan adalah pihak hula-hula, yang kemudian posisi selanjutnya adalah pihak dongan tubu[47] yang memiliki posisi sejajar dengan pihak hula-hula. Sementara posisi terakhir adalah pihak parboru yang biasanya bertugas untuk melayani dalam suatu kegiatan atau upacara adat. Posisi-posisi tersebut sangat erat kaitannya dengan penerapan adat-istiadat serta ritus-ritus adat dalam budaya orang Batak. 

Di mana hubungan pihak parboru dengan pihak hula-hula berlaku nilai dasar somba marhula-hula.[48] Sikap somba atau hormat yang ditetapkan terhadap pihak hula-hula didasarkan kepada pemikiran bahwa putri hula-hula adalah ibu yang melahirkan keturunan yang disebut hagabeon,[49] yang merupakan cita-cita utama dan paling didambakan oleh setiap orang Batak. 

Sementara sikap elek[50] terhadap pihak boru didasarkan pada suasana kasih sayang yang biasa diterima oleh seorang putri dari orang tuanya sebelum ia menikah dengan seorang pria dari marga yang lain.[51]  Sebaliknya, nilai dasar hubungan pihak hula-hula terhadap pihak parboru adalah elek marboru.[52] Sementara nilai dasar hubungan hula-hula dengan pihak dongan tubu[53] adalah manat mardongan tubu.[54]

Upacara Mangongkal Holi dalam Terang Iman Kristiani

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun