Kurasa Bima ini aneh sekali. Kalau sudah punya tunangan, kenapa mau meninggalkan jejak di pasir? Bukankah cukup bertemu dengan tunangannya?
"Melihat jejak sepatu di pasir pantai ini, seolah aku bisa kembali bersama Riana."
"Maksud Anda?"
"Dia sudah tak bersamaku," ucap Bima dengan wajah menghadap ke arahku.
"Selingkuh?" tanyaku dengan menggerakkan bibir tanpa suara dan mata melihat ke arahnya.Â
Tak kusangka pertanyaan itu membuat sorot matanya tajam. Ada amarah di sana. Aku merasa ngeri melihatnya.
"Maaf, aku lancang..."
Kubalikkan tubuh dan meninggalkan Bima.
"Dia sudah di surga," ucapnya dengan suara lantang. Kutahu, dia menahan marah.
Aku berhenti dan membalikkan tubuh.
"Maafkan aku. Aku turut berduka cita."