Kembali kuikuti jejak-jejak itu. Kuyakin si pemilik jejak itu masih ada di sekitar tempatku berada.Â
Langkah kakiku terhenti begitu jejak sepatu tak lagi terlihat. Jejak itu berujung di dekat musala. Dari tempatku berdiri, samar-samar terlihat bayangan dari dalam musala.
Kulihat sekitar musala, tak ada orang lagi yang kulihat. Akhirnya kuberanikan diri untuk memasuki area musala. Karena waktu salat Subuh hampir tiba, aku ke tempat wudhu.
Saat aku berwudhu, kudengar suara lelaki yang mengumandangkan azan, tanpa pengeras suara. Suaranya membelah sunyi di sekitar pantai.
Setelah wudhu, aku bergegas masuk musala. Lelaki yang sudah selesai azan, kini tengah salat rawatib. Aku pun mendirikan salat tahiyatul masjid.Â
"Nona mau jamaah dengan saya?" tanya lelaki itu, setelah aku selesai salat tahiyatul masjid.
***
"Anda sering ke sini, ya?"
Aku mengejar lelaki yang mengimami salat Subuh tadi. Dia sudah mengenakan sepatunya yang berada di ujung batas suci, di luar musala.
Lelaki itu menengok ke arahku. Tanpa menjawab pertanyaanku, dia berlalu. Langkah pelan lelaki itu bisa kuikuti dengan langkah lebarku. Aku tak peduli kalau dia akan marah karena aku mengikutinya.
Sambil mengikuti lelaki yang kuperkirakan berusia dua puluh enam atau dua puluh tujuhan, aku iseng melihat jejaknya. Ya, jejak sepatu yang sama dengan jejak misterius di pasir.