Mohon tunggu...
M Fadli
M Fadli Mohon Tunggu... -

Jim Bulls, Jokam, Parkour, Straight Edge, Reporter, Reader, Writer, Prayer, Loner

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Persembunyian Iblis Bayangan (C. Auguste Dupin Fan Fiction)

15 Juli 2016   11:46 Diperbarui: 15 Juli 2016   11:58 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Sekarang apa yang akan kau perbuat?” tanyaku kepadanya yang nampaknya tengah bersiap-siap untuk pergi. “Mau kemana kita malam ini?”

Sahabatku itu mulai sedang disibukkan dengan mantelnya. Dapat dipastikan bahwa ia sedang berencana bepergian keluar. Aku menunggu ajakan darinya untuk menjadi teman tamasyanya malam ini.

“Kalau kau berkenan, sobat,” kata Dupin, “aku ingin kau tetap di Rue Dunot. Tunggu sampai diriku sampai. Mungkin bisa sampai lima jam ke depan.”

Belum sempat aku protes, ia langsung membuka pintu dan melesat turun meninggalkanku sendirian di dalam perpustakaan gelap ini. Aku hanya bisa mengumpat dalam hati.

***

Hal yang paling menjengkelkan bagiku adalah menunggu. Ditinggalkan sendirian di ruang yang penuh dengan buku dan penerangan yang seadanya ini membuatku tertekan. Sudah lebih dari tiga jam Dupin meninggalkan kamar ini. Berbagai pertanyaan muncul di benakku. Merasa tidak puas hanya menunggu penjelasan darinya seperti yang biasa lakukan, aku memutuskan untuk meraih mantel dan topi browler milikku. Sudah saatnya menghirup udara segar sembari mencari tahu apa yang terjadi.

Setelah berpamitan dengan induk semang kami, aku pun mulai menyusuri jalan keluar dan meninggalkan kediamanku dan Dupin. Namun masalah yang timbul berikutnya yang kuhadapi adalah kemana aku harus mencari Dupin, Prefek Escoffar atau, Prefek –G. Hal itu yang membuat langkahku terhenti sambil melihat jalanan yang membentang.

Namun kebimbangan itu terhenti ketika seorang remaja mendekati dan memberikanku sebuah pesan. Awalnya ia hendak menuju apartemen sewa seraya menyampaikan pesan tertulis itu. Tapi rupanya remaja kurus berambut pirang itu mengenaliku sedang berdiri terdiam di bibir lorong Rue Dunot.

Remaja itu tak banyak bicara, ia hanya menayakan apakah aku adalah orang yang dicarinya dan langsung menyerahkan secarik kertas putih. Setelah memberikan beberapa Franc kepadanya ia pun melesat pergi dan menghilang ditelan jalanan kota Paris. Tanpa menyiakan banyak waktu, aku membaca secarik kertas yang sudah pasti ditulis oleh sobatku Dupin. Dan dalam beberapa menit kemudian aku sudah berada di kereta kuda dalam perjalanan menuju kawasan Saint-Avoye, tempat kantor Surete berada. Aku sedikit heran dengan pesan yang ia tujukan kepadaku. Mengapa ia menyuruhku ke kantor polisi dan memintaku untuk memakai mantel atau setelan berwarna terang? Aku sampai terburu-buru kembali ke apartemen dan menukar mantelku dengan warna terang sebelum memesan kereta kuda.

Setibanya di Saint-Avoye, aku langsung menuju kantor polisi sesuai dengan arahannya. Masih sedikit terpikir apa yang harus dilakukan disini. Tidak ada penjelasan lebih dari pesan Dupin. Belum sempat menemukan jawaban dari pertanyaan itu, aku dikejutkan dengan tarikan sebuah tangan dari arah belakang. Sebuah wajah tak asing dengan kumis tebal menawan yang menutup bibirnya. Prefek –G terlihat misterius dengan menggunakan isyarat telunjuk yang ditempelkan seara vertical di depan bibirnya sebagai pertanda untuk tidak bersuara.Saat aku menoleh ke tempat persembunyian kami, aku melihat beberapa petugas polisi lain terlihat juga melakukan apa yang kami lakukan sekarang. Bersembunyi dalam gelap. Hanya saja aku tak melihat Prefek Escoffar ataupun sobatku Dupin.

“Apa yang kita lakukan disini?” tanyaku dengan suara perlahan. “Bukannya kau sedang memimpin pasukan berpatroli keliling kota dan perbatasan?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun