“Siapa lagi kalau bukan buronan kita. Jules Gascoine III, atau yang dikenal dengan Iblis Bayangan.”
Aku pun tercekat dan lagi-lagi mengumpat dalam hati. Sepertinya Prefek –G juga merasakan hal yang sama denganku.
***
Hal yang paling membencikan dari peristiwa penangkapan ini adalah kesombongan Dupin. Alih-alih menjelaskan pemecahan kasus ini kepadaku, ia justru memilih untuk menyimpan pemecahan dan mengatur strategi penangkapan ini tanpa melibatkanku. Rupanya saat penyergapan terjadi para anggota Surete tersebut, ia memilih kembali ke Rue Dunot. Lagi-lagi tanpa memberitahuku. Seperti yang dituturkan Prefek Escoffar, begitu ia memberikan penjelasan mengenai tempat persembunyian sang buronan –yang ternyata di markas Surete-, ia menyerahkan semua penyergapan sang buronan ini kepada para polisi, sementara ia memilih untuk kembali ke Rue Dunot tanpa perlu terlibat dengan kerusuhan yang terjadi.
Karena hal itulah, hal yang pertama kulakukan kepadanya setelah aku tiba di kamar gelap kami di Rue Dunot adalah menghardiknya. Kekesalanku semakin bertambah ketika yang dilakukannya saat itu adalah tersenyum sambil membaca buku terbaru yang entah apa judulnya. Ia mulai merespon ketika kutanya untuk kedua kalinya.
“Ah, duduklah sebentar, sobat. Cara terbaik untuk meredam rasa amarah di saat kau sedang berdiri adalah dengan duduk dengan relaks. Ambilah cocoa hangat di meja kecil yang sudah kupersiapkan untukmu.”
Aku bersungut-sungut mengikuti perintahnya. Sambil menghela nafas aku merebahkan tubuhku di kursi yang berhadapan dengannya. Dupin menutup bukunya dan melepas kaca mata bacanya dan mulai menunjukkan senyum kemenangannya terhadapku.
“Baiklah, sobat. Kau mau mendengar penjelasan yang mana?”
“Oke,” aku mencoba tetap menahan diri untuk tidak mengamuk, “pertama, bisa jelaskan mengapa Sang Iblis Bayangan bisa berada di markas Surete? Dan mengapa kau tahu kalau ia selama ini bersembunyi di tempat yang menurutku tak masuk akal sebagai tempat persembunyian untuk buronan sepertinya?”
“Nah, kau sudah menjawabnya sendiri seperempat dari penjelasanku.”
“Apa maksudmu?”