Mohon tunggu...
M Fadli
M Fadli Mohon Tunggu... -

Jim Bulls, Jokam, Parkour, Straight Edge, Reporter, Reader, Writer, Prayer, Loner

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Persembunyian Iblis Bayangan (C. Auguste Dupin Fan Fiction)

15 Juli 2016   11:46 Diperbarui: 15 Juli 2016   11:58 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Ya, kebetulan memang seperti itu. Bagian sayap kanan kantor polisi saat ini sedang diperluas. Tapi apa maksud Monsieur menanyakan hal ini?”

“Ah, itu ada di surat kabar minggu lalu. Ada pemberitaan bahwa Vidocq telah menemukan pihak berkantong tebal yang akan membatu mendanai pemugaran kantor polisi. Tapi itu bukanlah hal yang cukup penting. Maafkan memotong langkah anda. Sekali lagi terima kasih, Monsieur.”

Prefek itu masih terlihat kebingungan. Namun ia kemudian berlalu dan menuruni tangga rumah sewaan kami. Setelah sang tamu kita meninggalkan rumah, aku langsung menghujani Dupin dengan berbagai pertanyaan.

“Ada beberapa hal yang belum kumengerti, sobat. Kurasa kau bisa menceritakan semuanya satu per satu. Aku sudah mengerti bagimana kau bisa mengetahui kalau Monsieur –G akan menemuimu. Tentunya dengan tekanan yang diberikan media kepada para anggota Surete yang berkaitan dengan Iblis Bayangan tentunya akan membuat dirinya mau tak mau harus menemuimu. Ya, mesti akhirnya yang muncul adalah orang suruhannya. Tapi kau belum menjelaskan bagaimana kau bisa mengetahui, kalau yang datang tadi bukan Monsieur –G, melainkan bawahannya di kepolisian, sementara kau hanya duduk di kursi bacamu.”

“Ah, kukira kau ingin menanyakan tentang maksud pesan untuk teman polisi kita, sobat. Rupanya kau masih berkutat dengan hal itu,” seloroh Dupin.

“Baiklah kalau kau ingin mengetahuinya. Surat kabar yang kubaca tadi mengenai penjahat licin ini telah memberikanku ide bahwa akan ada kemungkinan kalau Monsieur –G akan kembali datang menemuiku. Untuk apa lagi selain untuk minta bantuan atau pendapat dariku. Hal itu juga yang pernah dilakukannya saat terjadinya kasus pembunuhan Marie Roget dan surat yang dicuri beberapa waktu lalu. Kau tentunya sudah paham dengan penjelasan akan hal ini, bukan?”

“Namun dugaanku yang ini agak sedikit meleset. Yang datang justru ada orang lain. Aku bisa mengetahui semenjak pertama kali ia mengetuk pintu dan berbicara dengan induk semang kita untuk beberapa saat. Kita mendengarnya bukan saat ia pertama kali kesini. Untuk yang membuatku yakin bahwa yang datang bukanlah Monsieur –G. Kau pun tahu kalau sobat Prefek kita tersebut sudah berungkali bekunjung ke Rue Dunot. Ia tidak pernah mengetuk pintu dan menunggu jawaban dari induk semang kita. Ia langsung masuk menuju perpustakaan ini. Meskipun harus mengetuk, ia hanya akan mengetuk pintu perpustakaan ini untuk memastikan kita ada berdua ada di dalam atau tidak.”

“Selain mengetahui kebiasaannya, kita berdua tentunya sudah mengenal perawakan Monsieur –G, berapa tinggi dan berat tubuhnya, bentuk kaki dan kemungkinan beberapa lipat lemak di perutnya. Tapi tamu yang kita datang ini memiliki perawakan yang berbeda dari Monsieur –G. Aku mengenalnya melalui langkah kakinya saat menaiki tangga. Berat dan tinggi badan seseorang bisa diperkirakan saat seseorang sedang menaiki tangga kayu, tentunya selama kita mau membuka telinga lebar-lebar. Langkah tamu yang datang pada malam ini terdengar sangat ringan bila dibandingkan dengan langkah kaki Monsieur –G. Sebenarnya langkah –G sudah cukup ringan, namun pria ini lebih ringan lagi, bahkan hampir tidak terdengar. Hal ini membuktikan bahwa berat badannya tentu lebih ringan. Aku bisa mengetahui perbedaan anak tangga yang ganjil dan yang genap di dalam rumah kita karena beberapa kayu mulai lapuk dan beberapa diantarannya ada yang sempat diganti dengan kayu yang baru oleh para pekerja dua minggu lalu. Tamu kita ini menaiki tangga dengan melampaui dua anak tangga sekaligus. Hal ini memberikan kejelasan padaku bahwa orang yang menaiki tangga ini memiliki kaki yang lebih panjang bila dibandingkan dengan Monsieur –G.”

“Lalu bagaimana kau tahu kalau yang datang seorang polisi?”

“Dari cara dia melangkah. Beberapa orang melangkah dengan memakai semua telapak kakinya, biasanya dimulai dengan bagian tumit terlebih dahulu. Sebagian lagi melangkah dengan hanya menggunakan ball of feet – bagian depan kakinya saja. Nah, kedua prefek polisi baik -G dan Escoffar melangkah dengan bertumpu pada ball of feet keduanya. Sebagai petugas polisi, mereka terlatih untuk melangkah dan berlari dengan baik. Sehingga mereka akhirnya terbiasa menggunakan kaki bagian depan mereka. Apalagi para polisi ini sering bertugas mengintai atau membuntuti penjahat dan buronan, sehingga mereka kerap melangkah dengan menggunakan ball of feet mereka untuk mengurangi suara langkah mereka agar tidak terdengar oleh buruan mereka. Sama halnya para ahli bela diri dari negeri pelosok timur yang juga terlatih bertumpu pada kaki bagian depannya saat melangkah.  Dan itulah yang terdengar dari derap langkah baik -G maupun Escoffar. Seandainya mereka datang dengan mengendap-ngendap, mungkin kita tidak akan mendengar kedatangan tamu kita. Sedangkan mengenai perihal bahwa tamu kita adalah bawahan dari prefek –G itu hanyalah tebakan spontan saja.”

Harus kuakui bahwa analisa Dupin untuk hal ini bisa dibilang cukup menjelaskan. Tapi terkadang terdengar seperti dibuat-buat. Namun itulah Dupin. Baginya semua bisa dijelaskan selama ada keinginan di dalam jiwa manusia untuk mendapatkan kejelasan tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun