Mohon tunggu...
jemari Kreasi
jemari Kreasi Mohon Tunggu... Psikolog - Para kreator

Kumpulan pemikir yang mengembangkan ide dalam kreasi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tragedi Jeruk Nipis

1 Oktober 2019   17:28 Diperbarui: 1 Oktober 2019   17:45 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Maafkan, maafkan!" Tak ada kata lain yang kuingat, rasa bersalah yang begitu besar membuat pikiranku kosong. Nana terisak dalam pelukanku.

Aku sudah berusaha mengirim lamaran ke hampir semua perusahaan di kota ini. Tak satu pun membuahkan hasil. Hingga sebulan belakangan ini aku tak lagi berharap kerja di perusahaan, maka kuterima tawaran pekerjaan apa pun.

Membantu membangun rumah, proyek galian  parit, kuli pengangkut tanah, apa pun yang penting halal. Hasilnya tak seberapa, sekedar membeli bahan pangan.

Kuembuskan napas panjang ....

Tiba-tiba ponsel bergetar. Kuangkat, sambil tetap memeluk Nana yang masih terisak.

Nomor tak dikenal.

"Halo?"

"Saya Heri, benarkah saudara mengantarkan ibu saya tadi malam?"

"Oiya, Pak Heri ... dapat nomor saya darimana?"

"Saudara sempat telpon sayakan?"

"Betul, tapi ponsel bapak sibuk."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun