Mohon tunggu...
jemari Kreasi
jemari Kreasi Mohon Tunggu... Psikolog - Para kreator

Kumpulan pemikir yang mengembangkan ide dalam kreasi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tragedi Jeruk Nipis

1 Oktober 2019   17:28 Diperbarui: 1 Oktober 2019   17:45 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Sudah tak usah diteruskan. Mas mengerti, tumpukan beban hidup dan lelah badan membuat kamu lebih sensitif"

"Rizki Allah itu aneh ya, Mas. Kadang saat kita begitu menggebu, Allah nggak kasih ... saat kita sudah ikhlas, justru takdirnya datang."

"Mas cuma percaya, manfaatkan setiap moment yang hadir di hadapan untuk berbuat sebaik mungkin, karena bisa jadi itu sarana Allah mentakdirkan sesuatu."

"Ah, Mas mah ngeledek!"

"Nggak-lah, Sayang. Buat apa? Mas sedang mempelajari hubungan sebab akibat, bisa jadi karena mas menolong eyang, Allah membuka hati Pak Heri menerima mas bekerja."

"Bahwa perbuatan baik, hasil baiknya juga kembali kepada yang berbuat?"

"Iya, kamu bayangkan jika mas memilih menyelamatkan ikan? Kita memang bisa makan ikan, namun tidak menyelesaikan persoalan yang lain ... hahahaha."

"Aaahhh ... mas mah, gitu!"

- TMR Bukuan, 31 Mei 2019 -

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun