Udara bersih mengisi paru-paruku pagi ini. Kabut tipis masih menari-nari.
Menembus angin dingin, kubawa motor menuju rumah setelah melaksanakan sholat subuh di Masjid.
"Assalamualaikum."
Tak terdengar jawaban. Langsung menuju dapur, tampak Nana sedang menyiapkan bekal untuk Syifa ke sekolah.
"Maaf, ya." Hanya itu yang mampu keluar dari mulutku. Tapi tak ada respon, wajah manis itu tampak kaku.
Tak ingin memperpanjang masalah, cepat kuambil sapu lidi dan serokan, berjalan menuju halaman. Lebih baik kulakukan apa yang bisa dikerjakan.
Tepat pukul tujuh, Syifa keluar dengan seragam dan perlengkapan sekolah yang sudah rapi. Saatnya mengantar ke sekolah.
Kembali ke rumah dalam kondisi perut kosong karena tak diisi sejak semalam. Kuberanikan diri membuka tudung saji, tidak ada apa pun.
Melangkah ke dapur, terdengar Nana sedang mencuci. Aku tak berani mengusik, mengambil segelas air putih sekedar perintang perihnya perut dan memilih duduk diam di depan pintu dapur.
Tak lama, Nana keluar menenteng dua ember berisi cucian. Sergap aku berdiri, dan mengambil ember-ember itu. Nana melengos.
Membawanya keluar dan menjemurkan.