Mohon tunggu...
jemari Kreasi
jemari Kreasi Mohon Tunggu... Psikolog - Para kreator

Kumpulan pemikir yang mengembangkan ide dalam kreasi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tragedi Jeruk Nipis

1 Oktober 2019   17:28 Diperbarui: 1 Oktober 2019   17:45 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Udara bersih mengisi paru-paruku pagi ini. Kabut tipis masih menari-nari.

Menembus angin dingin, kubawa motor menuju rumah setelah melaksanakan sholat subuh di Masjid.

"Assalamualaikum."

Tak terdengar jawaban. Langsung menuju dapur, tampak Nana sedang menyiapkan bekal untuk Syifa ke sekolah.

"Maaf, ya." Hanya itu yang mampu keluar dari mulutku. Tapi tak ada respon, wajah manis itu tampak kaku.

Tak ingin memperpanjang masalah, cepat kuambil sapu lidi dan serokan, berjalan menuju halaman. Lebih baik kulakukan apa yang bisa dikerjakan.

Tepat pukul tujuh, Syifa keluar dengan seragam dan perlengkapan sekolah yang sudah rapi. Saatnya mengantar ke sekolah.

Kembali ke rumah dalam kondisi perut kosong karena tak diisi sejak semalam. Kuberanikan diri membuka tudung saji, tidak ada apa pun.

Melangkah ke dapur, terdengar Nana sedang mencuci. Aku tak berani mengusik, mengambil segelas air putih sekedar perintang perihnya perut dan memilih duduk diam di depan pintu dapur.

Tak lama, Nana keluar menenteng dua ember berisi cucian. Sergap aku berdiri, dan mengambil ember-ember itu. Nana melengos.

Membawanya keluar dan menjemurkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun