Mohon tunggu...
jemari Kreasi
jemari Kreasi Mohon Tunggu... Psikolog - Para kreator

Kumpulan pemikir yang mengembangkan ide dalam kreasi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tragedi Jeruk Nipis

1 Oktober 2019   17:28 Diperbarui: 1 Oktober 2019   17:45 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Nek, mau kemana?" tanyaku.

Wajah itu tampak kebingungan. Aku bangkit dari motor dan mengulang pertanyaanku.

"Nenek, mau kemana?"

"Mau kemana ya, Nak? Biasanya naik angkot merah, sampe ujung. Jalan kaki sebentar, masuk gang, terus sampe," jawabnya.

"Trus kenapa nenek bisa jalan kaki?"

"Tadi supir angkotnya nuruni tengah jalan, dia ndak mau antar sampai ujung, sepi! Katanya rugi, Nenek ndak bayar tapi bingung naik apa lagi. Akhirnya jalan aja." Wajahnya tampak letih, entah sudah berapa lama dia berjalan.

"Nenek punya catatan alamat?"

Diaduk-aduk tas hitam miliknya, tapi belum menemukan apa yang dicari. Wajah tua itu makin tampak resah, tubuhnya melemah dan akhirnya memilih duduk di pinggir jalan.

Iba hatiku melihatnya.

"Pelan-pelan saja, Nek. Aku nggak buru-buku kok," kataku mencoba menenangkan hatinya.

Tangan tua itu mulai mencari lagi, meneliti setiap sudut tasnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun