Mohon tunggu...
jefry Daik
jefry Daik Mohon Tunggu... Guru - seorang laki - laki kelahiran tahun 1987

pernah menjadi guru pernah menjadi penjual kue pernah menjadi penjual tahu pernah menjadi penjual Nasi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Malaikat Kematian

18 Desember 2019   17:08 Diperbarui: 23 Desember 2019   13:23 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Terimakasih Tuhan,.. Kami berdua selamat!"

Yanipun memeluk bayinya dan mengecupnya pelan namun lembut. Tenaganya yang terkuras serta rasa sakit disekujur tubuhnya seolah lenyap digantikan kebahagiaan yang tiada tara.

Dan Misi hari itu gagal. Jangan Tanya mengapa, sang malaikat kematian itupun juga tidak dapat menyangka. Ah.. mungkin harapan. Walau peluangnya tipis tapi berpengharapan untuk terus hidup, bisa jadi memberi kekuatan tambahan bagi orang yang sudah berada di ujung kematian.

BAGIAN KEDUA :  SIMSON

Pernahkah kamu mendengar nama Simson? Yah, sebelas dua belas dengan Samson. Pemberani yang kita biasa dengar dalam cerita -- cerita religi. Dan saat ini saya, sang malaikat kematian sedang berdiri dalam kedongkolan tingkat dewa. Calon yang berikut ini adalah seorang laki -- laki muda yang memiliki nyawa entah berapa. Sudah beberapa kali dia berhasil menghindari kematian.

Hari ini menghadapi dia, saya, sang malaikat kematian lagi -- lagi mengumpat kesal. Mengapa namanya harus muncul tenggelam dalam BUTAK? Padahal apa coba alasan pria itu untuk bisa hidup? Kemabukan terus - menerus mengikat pribadinya. Jantungnya sebentar lagi berhenti. Paru -- parunya sudah membiru,tapi herannya dia masih dapat selamat. Dan saya sebagai malaikat kematiannyaarus berjuang mengontrol kekesalan saya. Meskipun Simson belum tenttu mati kali ini, saya tetap harus menjalankan tugas dari Negri maut yang dikenal sebagai alam kematian. Apalagi dengan pelanggan tetap seperti Simson

"Aduuuh," Keluh Simson dalam kesakitan

Tubuhnya bersimbah darah. Bau amis sudah menyebar disekelilingnya. Sesekali dia berusaha menggerakkan kepala dan tangannya yang kebas. Ah.. kali ini kakinya yang tidak terasa. Apakah patah?Rasakesemutan menjalari seluruh bagian kiri tubuhnya. Pinggangnya justru mati rasa.

Di tengah ketidaksadarannya Simson menjerit

"SIALAN!Pingang gue.. Aduuuh! Bisa -- bisanya anjing kudisan itu menghalangi jalan gue? Masak gue jatuh cuma gara -- gara anjing kerempeng kayak gitu? Sial, sial, sial! Hari ini gue sial beruntun,"

Sewaktu mengangkat wajah, Simson melihat sosok malaikat kematian secara samar.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun