Nah disinilah saya mulai beraksi. Langkah pertama adalah mengecekan kondisi. Ibu Yani dalam keadaan lemas dan setengah sadar. Inilah saat yang paling tepat untuk mensugesti jiwanya kepada saya. Sementara saya baru mau mengobservasi, si BUTAK ber-wak-wak ria.
"Hm.. calon semakin banyak," pikirku bersemangat.
Aku mengecek waktuku dan menyelaraskannya dengan BUTAK setelah itu memulai percakapan dengan ibu Yani. Keberadaan percakapan kami harus berada pada satu ujung yaitu kalau bukan si ibu yang mati, ya anaknya. Atau bisa jadi kiamat. Alias keduanya bisa lewat.
"Hari ini aku datang untuk menjengukmu,"
"jadi aku akan mati? Lalu bagaimana dengan anak ini?"
"tergantung pilihanmu. Kamu bisa selamat dengan mengorbankan anakmu, atau... kamu memperjuangkan anakmu dengan nyawamu sebagai taruhannya. "
"apakah aku harus memilih seperti ini? Oh Tuhan... betapa kejamnya,"
Ibu Yani mulai menangis
"apakah anda dokter?" suara Yani mulai terdengar putus asa
"bukan!"
"apa kamu psikolog?"