Mohon tunggu...
jefry Daik
jefry Daik Mohon Tunggu... Guru - seorang laki - laki kelahiran tahun 1987

pernah menjadi guru pernah menjadi penjual kue pernah menjadi penjual tahu pernah menjadi penjual Nasi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Malaikat Kematian

18 Desember 2019   17:08 Diperbarui: 23 Desember 2019   13:23 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Nah disinilah saya mulai beraksi. Langkah pertama adalah mengecekan kondisi. Ibu Yani dalam keadaan lemas dan setengah sadar. Inilah saat yang paling tepat untuk mensugesti jiwanya kepada saya. Sementara saya baru mau mengobservasi, si BUTAK ber-wak-wak ria.

"Hm.. calon semakin banyak," pikirku bersemangat.

Aku mengecek waktuku dan menyelaraskannya dengan BUTAK setelah itu memulai percakapan dengan ibu Yani. Keberadaan percakapan kami harus berada pada satu ujung yaitu kalau bukan si ibu yang mati, ya anaknya. Atau bisa jadi kiamat. Alias keduanya bisa lewat.

"Hari ini aku datang untuk menjengukmu,"

"jadi aku akan mati? Lalu bagaimana dengan anak ini?"

"tergantung pilihanmu. Kamu bisa selamat dengan mengorbankan anakmu, atau... kamu memperjuangkan anakmu dengan nyawamu sebagai taruhannya. "

"apakah aku harus memilih seperti ini? Oh Tuhan... betapa kejamnya,"

Ibu Yani mulai menangis

"apakah anda dokter?" suara Yani mulai terdengar putus asa

"bukan!"

"apa kamu psikolog?"

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun