Mohon tunggu...
jefry Daik
jefry Daik Mohon Tunggu... Guru - seorang laki - laki kelahiran tahun 1987

pernah menjadi guru pernah menjadi penjual kue pernah menjadi penjual tahu pernah menjadi penjual Nasi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Malaikat Kematian

18 Desember 2019   17:08 Diperbarui: 23 Desember 2019   13:23 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Prang. Sriiiiit. Krak krak cdasssss.

Lima orang tewas seketika. kemacetan tidak dapat dihindari dan sebagian orang menggerutu gelisah.

Aku menjemput mereka yang mati.

Mereka tidak bersuara. Masih terkejut karena tiba - tiba jiwa mereka sudah ada di alam lain. Seorang ibu yang hendak ke pelaminan,  dua orang anak kecil dan supir avansa yang hancur tulang dadanya kena hantam dasboard mobil.

Aku menjemput mereka semua menuju ke alam yang baru.

Tim auditor tampak lesu karena hanya sedikit yang bisa dijemput hari itu. Menyisakan ada 2 orang selamat yang berusaha kabur. Seorang kenek truk pasir dan supir kontainer. Ada rasa penasaran sejauh mana manusia akan saling mencelakai. Walau alasannya hanyalah kantuk atau kelalaian dalam mengecek kendaraan...tetap saja dunia yang lebar ini tidak selebar mulut maut yang ternganga.

Aku melayang menuju liang kematian, diikuti jiwa - jiwa yang tak tertolong. Melintasi keriuhan demonstrasi massal yang juga semakin mericuh dalam kepulan asap kebenaran.

Tugas kami sesungguhnya belum selesai.

BAGIAN KESEMBILAN : KEBAKARAN

Aku datang tidak terlambat, nyaris terlalu cepat. Saat dewi terjebak ditengah hutan yang lebat penuh asap yang mengepul. Matanya perih, napasnya sesak, belum lagi asmanya yang kambuh. Susah payah dia menutupi lubang hidungnya dengan lengan jaketnya yang berwarna orange. Namun asap yang mengepungnya bagai bilahan pedang yang langsung menikam paru -- parunya.

Keringat bercampur air mata membuat langkah kakinya sempoyongan kehilangan arah.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun