Sekarang mungkin kamu belum puas dengan tugasku tapi... aku akan bercerita lagi tentang kesuksesanku menabur kematian di lain kesempatan. Â Â
BAGIAN TIGA : FARAH
Baru Lima belas tahun tapi sudah overheigh. Dampak obesitas itu selalu menguntitnya kemana - mana. Tidak ada angkot yang menepi, tidak ada taksi yang menawar. Apalagi tukang ojek. Berbekal tubuh bongsor dengan kebiasaan makan yang tak terkendalikan membuat tidak ada satupun ojek yang bersedia memberi tumpangan. Takut kecelakaan dijalan. Takut jatuh terguling dari bangku penumpang atau sebenarnya takut roda depan motor malah standing.AkhirnyaFarah benar- benar menjadi pejalan kaki teladan.
Terpaksa bangun subuh hari hanya untuk bisa sampai ke sekolah, terpaksa duduk dibangku khusus tanpa lengan, dan terpaksa makan sambil berdiri di kantin. Tidak jarang Farah mendapat perlakuan istimewa dari semua orang.
"Jangan masukkin dia ke tim kita, Pak. Nanti malah bolanya yang kempes." tolak Anita saat pembagian kelompok olahraga.
"Kami juga menolak dia ada ditim estafet. Apa jadinya kalau dia yang jadi starter?" Sisil mengerutkan kening sambil berteriak pada Pak guru.
"Em...pak? Ada tim angkat besi nggak, ya? Ya kalo ada kayaknya Farah masukin kesitu saja. Ya kan teman - teman?!," usul Prisil
Hahahahaha
Seisi kelas langsung gaduh.
Pak guru tersenyum prihatin
"Sudah,sudah! Berhenti ledekin Farah"