MALAIKAT KEMATIAN
Cerpen : Karya Jefry Daik
 Bagian Pertama : AVA
Kematian selalu identik dengan kehilangan. Kehilangan orang yang dicintai, kehilangan sahabat yang dikasihi bahkan kehilangan keluarga yang dilindungi. Memang menyedihkan bila menjadi manusia. Untunglah aku bukan manusia. Aku adalah malaikat kematian. Tidak seorangpun yang bisa melihat aku. Kecuali aku yang ingin menunjukkan diriku pada orang yang jelas-jelas mengabaikan kehadiranku, atau sebenarnya aku juga bisa dilihat oleh orang orang yang sudah dekat dengan waktu ajalnya. Tentu saja mereka akan bertemu denganku.
Peristiwa demi peristiwa sudah banyak ku alami. Berbagai cara kematian bisa menghampiri seseorang bila waktunya untuk hidup di dunia ini berakhir. Reaksi dan tindakan emosional orang yang ditakdirkan untuk pergi mendahului orang yang masih hidup tentu saja tidak sama. Ada yang melawan, ada yang menangis, ada yang menarik ulur waktu, ada pula yang tawar- menawar seperti ibu -- ibu di pasar. Yah... pengalamanku inilah yang ingin aku ceritakan kepada kalian. Tapi berhati -- hatilah, mungkin setelah aku bercerita aku bisa saja ada di sampingmu.
Sebentar lagi pukul 16.00 WKM alias Waktu Kematian Manusia. Aku sedang duduk disamping tukang ojek online. Seorang bapak berusia 40 tahunan. Perawakannya gemuk dan memiliki banyak tato disekujur tubuhnya. Rata- rata sih para penumpang takut kepadanya sehingga dia selalu sepi order. Sebenarnya dia lumayan laris sewaktu menjadi tukang ojek online. Namun semenjak Handphone-nyadilego buat beli miras, pria ini langsung memutuskan untuk menjadi tukang ojek offline.
"Tancap teruuuus," sindir pria itu pada rekan sekerjanya yang baru saja tiba dengan membawa penumpang yang persis turun di pangkalan tersebut.
"I,iya, bang! Maaf, ya, Bang! Nanti selanjutnya bagian abang,"terdengar ada nada takut dari teman seprofesinya itu. Tak berapa lama kemudian datanglah seorang ibu yang berbadan dua. Usia kehamilannya sudah genap. Inilah tugasku yang sesungguhnya : Kematian Wanita hamil Tua.
Sambil meringisibu itu menyapa tukang ojek yang ada di sekitarku
"Bang, Ojek, Bang, cepet bang....! Udah keburu nih!"
"Wah, Ibu,... saya tidak berani. Saya takut!" Jawab si tukang ojek kedua sambil menggeleng,