Mohon tunggu...
jefry Daik
jefry Daik Mohon Tunggu... Guru - seorang laki - laki kelahiran tahun 1987

pernah menjadi guru pernah menjadi penjual kue pernah menjadi penjual tahu pernah menjadi penjual Nasi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Malaikat Kematian

18 Desember 2019   17:08 Diperbarui: 23 Desember 2019   13:23 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

MALAIKAT KEMATIAN

Cerpen : Karya Jefry Daik

 Bagian Pertama : AVA

Kematian selalu identik dengan kehilangan. Kehilangan orang yang dicintai, kehilangan sahabat yang dikasihi bahkan kehilangan keluarga yang dilindungi. Memang menyedihkan bila menjadi manusia. Untunglah aku bukan manusia. Aku adalah malaikat kematian. Tidak seorangpun yang bisa melihat aku. Kecuali aku yang ingin menunjukkan diriku pada orang yang jelas-jelas mengabaikan kehadiranku, atau sebenarnya aku juga bisa dilihat oleh orang orang yang sudah dekat dengan waktu ajalnya. Tentu saja mereka akan bertemu denganku.

Peristiwa demi peristiwa sudah banyak ku alami. Berbagai cara kematian bisa menghampiri seseorang bila waktunya untuk hidup di dunia ini berakhir. Reaksi dan tindakan emosional orang yang ditakdirkan untuk pergi mendahului orang yang masih hidup tentu saja tidak sama. Ada yang melawan, ada yang menangis, ada yang menarik ulur waktu, ada pula yang tawar- menawar seperti ibu -- ibu di pasar. Yah... pengalamanku inilah yang ingin aku ceritakan kepada kalian. Tapi berhati -- hatilah, mungkin setelah aku bercerita aku bisa saja ada di sampingmu.

Sebentar lagi pukul 16.00 WKM alias Waktu Kematian Manusia. Aku sedang duduk disamping tukang ojek online. Seorang bapak berusia 40 tahunan. Perawakannya gemuk dan memiliki banyak tato disekujur tubuhnya. Rata- rata sih para penumpang takut kepadanya sehingga dia selalu sepi order. Sebenarnya dia lumayan laris sewaktu menjadi tukang ojek online. Namun semenjak Handphone-nyadilego buat beli miras, pria ini langsung memutuskan untuk menjadi tukang ojek offline.

"Tancap teruuuus," sindir pria itu pada rekan sekerjanya yang baru saja tiba dengan membawa penumpang yang persis turun di pangkalan tersebut.

"I,iya, bang! Maaf, ya, Bang! Nanti selanjutnya bagian abang,"terdengar ada nada takut dari teman seprofesinya itu. Tak berapa lama kemudian datanglah seorang ibu yang berbadan dua. Usia kehamilannya sudah genap. Inilah tugasku yang sesungguhnya : Kematian Wanita hamil Tua.

Sambil meringisibu itu menyapa tukang ojek yang ada di sekitarku

"Bang, Ojek, Bang, cepet bang....! Udah keburu nih!"

"Wah, Ibu,... saya tidak berani. Saya takut!" Jawab si tukang ojek kedua sambil menggeleng,

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun