Mohon tunggu...
Mohammad Imam Ghozali Fajar S
Mohammad Imam Ghozali Fajar S Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Universitas Islam Malang

Manusia biasa yang berusaha bermanfaat di segala bidang kehidupan. Saya beranggapan bahwa menulis menjadi salah satu aspek untuk saling berbagi pemikiran yang tidak dapat disampaikan melalui tuturan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kuda Lumping Tergantung

19 Maret 2024   23:01 Diperbarui: 19 Maret 2024   23:07 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Terdengar alunan suara gamelan dari kejauhan. Terlihat ramai orang-orang mengelilingi lapangan. Tercium bau kemenyan menyengat ke dalam hidung. Kami bertiga tertarik menuju tempat tersebut.

            Aku baru ingat bahwa akan ada pertunjukan jaranan sebagaimana Ayah tadi beritahu kepadaku. Aku menarik kedua sahabatku untuk belari ke lapangan.

            Konon Tari jaranan sudah berusia ratusan tahun, namun sampai saat ini tetap dilestarikan. Tari jaranan dianggap sebagai symbol pemersatu rakyat antara pelaku seni dan juga penikmatnya yang sering disebut guyub rukun.

            Cettar.. Cettar.. Cettar..

            Suara lantang cambuk atau cemeti ke arah tanah dilakukan oleh pemimpin pertunjukan sebagai tanda pertunjukan dimulai dengan sebutan bukak kalangan.

            Alunan gamelan dengan suara terompet syahdu mengiringi hentakan kaki dari penari. Penari berjalan sembari menaiki kuda lumping berasal dari anyaman bambu. Lenggokan badan seirama dengan gerakan kuda. Tatapan mata memberikan arti yang mendalam. Aku sangat terpukau.

            Cettar.. cettar.. cettar..

            Cemeti kembali menyentak. Suasana jadi berubah. Ritme lagu cenderung cepat. Bau kemenyan semakin menyengat. Penari menari seakan tanpa rencana.

            Satu persatu penari berjatuhan, namun setelah bangun penari malah bertingkah aneh. Ada yang menari tanpa arah, ada yang mencium asap kemenyan, ada yang memakan barang-barang aneh; seperti botol kaca, piring, ayam mentah dan sebagainya. Ternyata mereka kerasukan makhluk halus.

            Sontak terbayang kejadian semalam. Aku semakin takut dengan jaranan.

            Dua jam berlalu, pertunjukan tari jaranan telah usai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun