"Tampil di mana?"
      "Di lapangan depan kantor desa."
      Aku hanya mengangguk. Aku masih sedikit takut dengan kejadian semalam, namun aku penasaran 'apa benar krincingan bisa manggil makhluk halus?'. Pertanyaan itu terus berkutat dalam pikiranku.
      Sarapan hari ini tetap terasa nikmat meskipun pikiran sedang sesat. Ya, sesat karena bunyi krincingan. Memang bumbu pecel tiada lawan. Setelah makan, aku berjalan kaki ke sekolah. Aku hanya butuh waktu 10 menit untuk sampai di sekolah.
      Teeng.. Teeng.. Teeng..
      Bel sekolah berdentang keras.
Aku melihat Pak guru sudah siap menutup gerbang, aku berlari agar tidak telat. Terlambat sedikit saja, aku pasti sudah berada di luar gerbang.
Nafas masih terengah-engah, pundakku ditepuk seseorang. Aku menoleh ke belakang, ternyata Aldi yang menepuk.
"Haha.. Pandu selalu telat ya," ejek Aldi kepadaku.
Aku hanya mengerutkan dahi sebagai tanda tidak setuju. Padahal Aldi lah yang setiap hari telat.
Ketika masuk kelas, Toni telah menyambut kita. Toni adalah orang yang selalu datang tepat waktu diantara kami bertiga. Dia juga yang paling pintar. Sedangkan Aldi adalah orang yang paling tidak displin. Hari ini saja dia tidak memakai dasi, pasti alasannya karena lupa.