Mohon tunggu...
Mohammad Imam Ghozali Fajar S
Mohammad Imam Ghozali Fajar S Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Universitas Islam Malang

Manusia biasa yang berusaha bermanfaat di segala bidang kehidupan. Saya beranggapan bahwa menulis menjadi salah satu aspek untuk saling berbagi pemikiran yang tidak dapat disampaikan melalui tuturan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kuda Lumping Tergantung

19 Maret 2024   23:01 Diperbarui: 19 Maret 2024   23:07 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Bau kemenyan yang semakin kuat membuyarkan lamunanku, ditambah suasana di luar terlihat semakin luas, semakin menakutkan. Aku semakin takut, apalagi Aldi. Aldi mengetuk pintu toilet meminta Toni membukakan pintu.

            "Sebentar," kata Toni

            Aldi sudah tidak sabar, dia mendobrak pintu toilet akibatnya pintu terbuka. Toni hanya melongo melihat kami berdua ketakutan. Tanpa piker panjang Aku dan Aldi masuk ke dalam dan menutup pintu.

            Ekpetasi ingin berlindung di toilet, eh realitanya malah semakin ketakutan. Toilet tidak beratap, sehingga dalam pikiranku seperti ada yang mengintip di balik tembok seperti di film-film horor. Pintu yang berasal dari kayu yang sudah lapuk meninggalkan lubang-lubang kecil dari luar. Kita bisa melihat keadaan di luar dari lubang-lubang tersebut.

            Dalih ingin melihat keadaan di luar, aku dikejutkan dengan bayangan hitam dibalik sorotan lampu berwarna kuning. Sontak, aku berteriak. Aldi dan Toni juga ikut terkejut dengan teriakanku. Aku gemeteran serta tidak bisa menjawab ketika mereka bertanya 'ada apa?'.  Aku hanya menggelengkan kepala menandakan sesuatu yang tidak baik di luar.

            Toni mencoba untuk mengintip di luar, dia berkata jika tidak ada apa-apa. Lalu Aldi mencoba untuk mengintip juga. Tiba-tiba dia berteriak sangat kencang bahkan dia menangis.

            Kreeek...

            Pintu toilet terbuka, kami lupa menguncinya.

            Sosok hitam besar menutupi sorot cahaya dari luar. Wajah seram dengan taring putih panjang dan mata merah menyala beraa di depan kami. Rambut kusut terurai ke belakang dengan bau kemenyan menyengat di tubuhnya. Makhluk apa ini Tuhan?

            "Loh, Nak. Kok ada di sini?"

            Aku langsung membuka mata setelah mendengarnya. Ternyata makhluk menyeramkan itu adalah Ayah, Ayah menggunakan topeng ganongan yang biasa dipakai saat pertunjukan jaranan. Aku langsung lega. Aku sudah berpikir jika kami akan diculik makhluk menyeramkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun