Bau kemenyan yang semakin kuat membuyarkan lamunanku, ditambah suasana di luar terlihat semakin luas, semakin menakutkan. Aku semakin takut, apalagi Aldi. Aldi mengetuk pintu toilet meminta Toni membukakan pintu.
      "Sebentar," kata Toni
      Aldi sudah tidak sabar, dia mendobrak pintu toilet akibatnya pintu terbuka. Toni hanya melongo melihat kami berdua ketakutan. Tanpa piker panjang Aku dan Aldi masuk ke dalam dan menutup pintu.
      Ekpetasi ingin berlindung di toilet, eh realitanya malah semakin ketakutan. Toilet tidak beratap, sehingga dalam pikiranku seperti ada yang mengintip di balik tembok seperti di film-film horor. Pintu yang berasal dari kayu yang sudah lapuk meninggalkan lubang-lubang kecil dari luar. Kita bisa melihat keadaan di luar dari lubang-lubang tersebut.
      Dalih ingin melihat keadaan di luar, aku dikejutkan dengan bayangan hitam dibalik sorotan lampu berwarna kuning. Sontak, aku berteriak. Aldi dan Toni juga ikut terkejut dengan teriakanku. Aku gemeteran serta tidak bisa menjawab ketika mereka bertanya 'ada apa?'.  Aku hanya menggelengkan kepala menandakan sesuatu yang tidak baik di luar.
      Toni mencoba untuk mengintip di luar, dia berkata jika tidak ada apa-apa. Lalu Aldi mencoba untuk mengintip juga. Tiba-tiba dia berteriak sangat kencang bahkan dia menangis.
      Kreeek...
      Pintu toilet terbuka, kami lupa menguncinya.
      Sosok hitam besar menutupi sorot cahaya dari luar. Wajah seram dengan taring putih panjang dan mata merah menyala beraa di depan kami. Rambut kusut terurai ke belakang dengan bau kemenyan menyengat di tubuhnya. Makhluk apa ini Tuhan?
      "Loh, Nak. Kok ada di sini?"
      Aku langsung membuka mata setelah mendengarnya. Ternyata makhluk menyeramkan itu adalah Ayah, Ayah menggunakan topeng ganongan yang biasa dipakai saat pertunjukan jaranan. Aku langsung lega. Aku sudah berpikir jika kami akan diculik makhluk menyeramkan.