Criiiiinnggg...Â
      Saat tanganku akan menyentuh ganggang pintu, terdengar suara gongseng yang sangat keras. Kami bertiga berusaha tidak menghiraukannya.
      "Bau apa ini?" tanya Aldi sambil memandangi Aku dan Toni.
      Tercium bau khas dari kesenian jaranan. Ya, bau kemenyan menyergap hidung. Bau kemenyan seakan menguatkan hal mistis.
      Aku melihat kedua temanku sepertinya sudah sangat ketakutan, demikian juga aku. Langsung saja aku mencoba untuk menarik tuas meteran listrik, namun yang kulakukan sia-sia. Listrik tidak dapat nyala. Rasanya semakin menyebalkan.
      "Toilet dimana ya? Aku sakit perut," ujar Toni.
      "Toilet disitu!" jawabku sambil menunjuk ruangan dengan pintu dari kayu tua dengan tombak penuh dengan lumut dan retakan.
      "Aku juga mau buang air besar," celetuk Aldi. Toni memasang mukam masam, sedangkan aku hanya diam tak berekspresi. Aku sudah hafal dengan kelakuan Aldi, selalu ikut-ikut.
       Alhasil kami bertiga berjalan ke toilet. Toni yang masuk terlebih dahulu.  Aku dan Aldi menunggu di luar.
      Bulan purnama menjadi satu-satunya sumber cahaya untuk mala mini. Bintang-bintang tidak terlihat jelas karena mendung. Langit terlihat akan hujan, karena beberapa cahaya kilat terlihat dari kejauhan.
"Jika malam ini hujan pasti lebih menakutkan," pikirku.